SURABAYA, KOMPAS.com - Maulana Alfan Ibrahimavic (13), salah satu korban meninggal ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, sempat dievakuasi oleh kakaknya yang juga santri di sana.
Keluarga korban, Juliana mengatakan, anaknya, Ahmad Kevin (17) lebih dahulu mondok di Ponpes Al Khoziny. Kemudian, Alfan tertarik untuk mengikuti jejak sepupunya tersebut.
"Tiga bulan, iya (baru lulus SD), dari kecil memang ingin mondok, saudara saya kan mondok di sana, saya, bunya (Alfan), semua alumni sana," kata Juliana di rumah duka, Senin (6/10/2025).
Baca juga: BNPB: Tim SAR Sempat Gatal-gatal Selama Proses Evakuasi di Ponpes Al Khoziny
Singkat cerita, kata Juliana, Kevin dan Alfan shalat di bangunan tiga lantai itu saat kejadian pada Senin (29/9/2025). Anaknya sempat merasa ada benda jatuh, namun tetap melanjutkan ibadahnya.
Akhirnya, Kevin pun tertimpa bongkahan beton mushala Ponpes Al Khoziny yang mulai berjatuhan. Akan tetapi, dia berhasil keluar setelah beberapa meter merangkak di celah sempit reruntuhan.
"Dia (Kevin) dipanggil temannya suruh angkat Alfan adiknya, itu dia lari masuk lagi, mencari adiknya. Adik sepupu satunya, Muhammad Reza, sampai sekarang masih belum ditemukan," ujarnya.
Baca juga: Kebut Identifikasi Korban Ponpes Al Khoziny, Tim DVI Polda Jatim Pakai 2 Metode Sekaligus
Kevin merasa kesulitan ketika berusaha mengevakuasi adik sepupunya itu dari lokasi kejadian. Bahkan, dia sempat terjatuh ketika menggendong korban yang sudah dalam kondisi lemas.
"Adiknya kan besar, dia enggak bisa, maksudnya mau angkat itu bebannya. Kevinnya waktu itu sudah enggak kuat, duduk ketika mau jalan lagi adiknya sudah ditarik ke rumah sakit," jelasnya.
"(Alfan) sadar ketika dia sama Kevin digendong itu masih bilang 'mas' begitu. (Bilang) mas tapi dengan suaranya itu agak lirih, mungkin enggak bisa napas atau apa," tambahnya.
Alfan dikabarkan meninggal dunia dalam perjalanan ke Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar Sidoarjo. Sedangkan, Kevin sudah sehat usai dirawat di RSUD dr. Soewandhie Surabaya.
"Sudah enggak bisa (tertolong), yang luka tangannya saja sama perutnya. Kalau Kevin itu kaki, punggung, terus dadanya, sempat dirawat takut ada yang retak katanya, tapi sudah pulang," ucapnya.
Juliana mengungkapkan, pihak keluarga sudah ikhlas dengan meninggalnya santri tersebut. Dia berharap, petugas bisa segera menemukan satu keluarganya lagi yang masih belum pulang.
"Pertama kali syok lihat anaknya seperti itu tapi akhirnya menerima ikhlas dan rida. Dia meninggal dalam keadaan sudah berwudu, saat shalat, doakan saja semoga diberi ketabahan," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, skala korban jiwa dalam tragedi ini cukup besar dibanding bencana-bencana lain yang terjadi sepanjang 2025.
“Korban kali ini di sepanjang tahun 2025 adalah korban cukup besar menurut BNPB,” kata Deputi III Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen Budi Irawan, Senin (6/10/2025).
Budi membandingkan bencana-bencana sebelumnya, seperti gempa bumi di Poso, Sulawesi Tengah dan banjir bandang di Bali yang tidak memakan korban lebih dari 50 jiwa.
“Dari bencana-bencana alam yang terjadi, baik gempa bumi di Poso, di tempat lain, lalu banjir di Bali semuanya korbannya hanya sedikit, ini cukup banyak 50 orang,” ujarnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang