Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Serma Masruri, Sisihkan Gaji demi Bantu Nenek Arsina yang Tinggal di Kandang Sapi

Kompas.com, 5 Oktober 2025, 13:56 WIB
Miftahul Huda,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Membina desa, mendata penduduk dan menjaga ketertiban desa adalah rutinitas seorang bintara pembina desa (Babinsa).

Begitu pula dengan Sersan Mayor Masruri, seorang Babinsa di Desa Tunjung, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Tempat bertugas Masruri berada jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kota. Desa Tunjung merupakan desa kecil di bawah kaki Gunung Semeru, yang penduduk sekitar 2.000 jiwa.

Berada jauh dari keramaian kota membuat Masruri lebih peka. Bisikan hati untuk berbuat lebih dari sekadar tugas resminya lebih mudah ia dengar.

Baca juga: Babinsa Kawal Penghapusan Mural One Piece di Sragen, Dandim: Hanya Menjalankan Tugas

Saat Masruri menemukan Nenek Arsinah meringkuk kedinginan di dalam kandang sapi yang bau, langkah kaki yang biasanya tegap mendadak bergetar.

Bau amonia, lumpur, dan rumput yang sehari-hari dihirup Nenek Arsinah di usia senjanya, terus menghantui pikiran Masruri.

Nenek Arsinah terpaksa tinggal di kandang sapi karena rumahnya yang terbuat dari bambu sudah kropos dan sebagian atapnya hilang.

Sapi-sapi yang biasa menemani Arsinah istirahat ternyata juga bukan miliknya. Ia hanya membantu tetangga menjaga sapinya.

Kondisi nenek Arsina tidur di kandang sapi saat dikunjungi Serma Masruri.KOMPAS.com/MIFTAHUL HUDA Kondisi nenek Arsina tidur di kandang sapi saat dikunjungi Serma Masruri.

"Sebagai Babinsa memang tugas saya setiap hari keliling memastikan ketertiban desa dan keamanan, nah waktu itu saya bertemu sama Mbok Imo alias Ibu Karsinah kondisinya memprihatinkan," ungkap Masruri saat ditemui di Lumajang, Minggu (5/10/2025).

Nenek Arsinah, yang terpaksa tinggal di kandang sapi karena rumahnya yang terbuat dari bambu sudah kropos, hidup sebatang kara dan mengalami kesulitan ekonomi.

"Mbok Imo hidup sebatang kara, ekonominya sulit, makan saja susah, beberapa tahun ini tidur di bawah kecemasan, saya khawatir kejatuhan rumahnya sendiri," lanjut Masruri dengan nada sedih.

Baca juga: Gandeng Babinsa, Bulog Tegal Targetkan Serap 90.000 Ton Beras

Menyadari bahwa laporan harian tidak cukup untuk membantu Nenek Arsinah, Masruri mulai menyisihkan gajinya untuk membangun rumah baru bagi nenek tersebut.

Namun, meski telah berbulan-bulan mengumpulkan uang, jumlah yang terkumpul belum mencukupi.

"Saya tidak bisa jadi pahlawan sendirian. Saya teringat masa-masa pendidikanku di TNI yang selalu mengajarkan untuk gotong royong," katanya.

Masruri kemudian mengajak warga desa yang dianggap mampu berkontribusi dalam pembangunan rumah Nenek Arsinah.

Halaman:


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau