NGAWI, KOMPAS.com - Sejumlah orangtua murid menyatakan menolak program MBG karena trauma setelah adanya keracunan massal yang menimpa 45 siswa SMKN I Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Para orangtua lebih memilih membekali anak-anaknya dengan makanan masakan sendiri meski dengan lauk sederhana.
Salah satu orangtua siswa yang menolak MBG adalah Rani Agustina. Ia memilih membekali anaknya dengan makanan yang dimasak sendiri setelah adanya banyak korban keracunan MBG di berbagai daerah lain.
“Sekarang sudah ada korban seperti ini. Dan anak juga pasti trauma. Tidak mungkin mau lagi. Buat saya pribadi dan anak saya tidak akan mau lagi (makan MBG),” ujar Rani yang ditemui di Puskesmas Ngrambe, Kamis (2/10/2025).
Baca juga: Dedi Mulyadi soal Siswi SMKN 1 Cihampelas Meninggal Dikaitkan MBG: Biar Didalami Penyidik
Kendati bekal makanan yang diberikan sifatnya sederhana, ia dapat memastikan menu makanan yang diberikan kepada anaknya terjamin aman dan sehat.
“Meski hanya lauk tempe dan sayur bayam. Mending seperti itu. Dan kita jaga-jaga saja. Daripada terulang lagi,” kata Rani.
Setelah keracunan yang menimpa puluhan siswanya, tercatat 130 siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan sakit.
Hanya saja, dia tidak bisa memastikan apakah siswa yang tidak masuk karena sakit akibat keracunan makanan atau persoalan lain. Untuk itu, para guru masih menghubungi orangtua masing-masing murid yang sakit.
Baca juga: Banyak Kasus Keracunan MBG, Siswi SMA 2 Cilacap Ciptakan Ompreng Pendeteksi Makanan Basi
Ia mengatakan, saat kasus keracunan terjadi, 1.106 porsi MBG tidak dimakan para siswa sehingga dikembalikan ke SPPG Jendela Cahaya Kebaikan.
Dapur SPPG milik Yayasan Jendela Cahaya Kebaikan menyediakan makanan bergizi untuk 2.600 siswa di Kecamatan Sine. Jatah MBG itu diberikan 1.106 siswa di SMKN 1 Sine dan sisanya di tiga sekolah lain.