Mereka dilatih langsung oleh Misbah, dan sebagian juga belajar melalui Balai Latihan Kerja (BLK).
“Kenapa perempuan? Karena mereka lebih luwes, teliti, dan telaten,” ungkap Misbah.
Tanpa strategi pemasaran digital yang gencar, Batik Kertabumi berkembang secara organik.
Produk mereka kini sudah menjangkau Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan, hingga Maluku.
Baca juga: Mengenal Batik Widji, Punya 14 Motif Paten Khas Kendal dari Lemah Teles hingga Sembur Angin
Beberapa instansi Pemerintah, seperti Pemkab Jember hingga Kodim 0824/Jember, juga instansi swasta, seperti perguruan tinggi, kerap memesan untuk keperluan seragam dan souvenir.
Ia mengaku bisa menerima pesanan dengan motif dan jumlah berapa pun.
Misbah mengaku, membatik bukan hanya soal ekonomi, melainkan warisan budaya yang harus ditanam sejak dini, di keluarga, di masyarakat, dan di sekolah.
Sebagai guru seni budaya dan pengampu ekskul seni rupa, ia mengaku berusaha menanamkan nilai-nilai kecintaan terhadap batik kepada siswanya.
Di rumah, kedua putrinya yang masih sekolah dan kuliah juga dididik untuk mencintai budaya Bangsa.
“Orang kalau pakai batik, apalagi yang desainnya eksklusif, mereka bangga. Itu bentuk mencintai budaya juga,” ujar dia.
Baca juga: Omzet Menurun, Perajin Batik Motif Banteng Asal Kota Batu Lebih Pilih Garap Diecast
Produk batik yang dibuat dari usaha rumahannya adalah batik cap dan tulis. Harga batik di Kertabumi Jember bervariasi. Mulai dari Rp 150.000-Rp 400.000 tergantung jenis dan tingkat kerumitannya.
Batik cap bisa selesai dalam sehari, sementara batik tulis memerlukan waktu hingga seminggu.
Misbah mengaku tidak membandrol batik tulis dengan harga mahal seperti harga pasar pada umumnya.
"Batik tulis paling mahal Rp 400.000, kalau terlalu mahal tidak dilirik pasar," ungkap dia.
Selain mendesain sendiri tiap motif batiknya, Misbah juga membuat cetakan cap motif manual menggunakan kertas.
Musbahudin mengawasi adik iparnya, Siti Muyasaroh yang turut menjadi pegawainya di Batik Kertabumi Jember Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Kamis (2/10/2025).