SIDOARJO, KOMPAS.com - Saputro (57) masih menantikan kabar mengenai anaknya yang terjebak dalam reruntuhan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.
Musala yang berfungsi sebagai tempat ibadah tersebut runtuh saat para santri sedang melaksanakan shalat Ashar pada pukul 15.00 WIB, Senin (29/9/2025).
Akibat insiden tersebut, sejumlah santri terjebak di dalam reruntuhan bangunan.
Proses evakuasi masih berlangsung hingga saat ini.
Baca juga: Wagub Jatim Kembali Datangi Ponpes Al Khoziny, Sebut 11 Korban Terdeteksi
Saputro, bersama istri dan anak-anaknya, terus menatap papan laporan korban yang terpasang di posko evakuasi.
Makanan yang disediakan oleh petugas dari dapur umum pun hanya sedikit yang dilahap, karena pikirannya masih dihantui kabar anaknya yang belum ditemukan.
“Putra saya belum ketemu. Belum ketemu sampai saat ini. Jadi belum ada kabar gitu,” ungkap Saputro kepada Kompas.com, Selasa (30/9/2025).
Saputro mengaku bahwa ia pertama kali mendengar kabar tentang insiden tersebut dari salah satu teman anaknya yang juga merupakan santri di Ponpes Al Khoziny.
Betapa remuk perasaannya ketika mengetahui anaknya menjadi salah satu korban.
Baca juga: Khofifah Sebut Penyebab Ambruknya Ponpes Alkhoziny, Pondasi Tak Kuat Tahan Beban
Ia bersama istri dan anaknya langsung meluncur dari Bangkalan menuju Sidoarjo dan tiba pada malam hari untuk memastikan kondisi anaknya, Muhammad Anas Fahmi (15).
“Tadi malam dari Kamal Bangkalan dan langsung ke sini,” ujarnya.
Fahmi, yang kini menjadi siswa SMP di Al Khoziny, telah menjadi santri di pondok tersebut selama tiga tahun terakhir.
Saputro mengaku melakukan komunikasi terakhir dengan anaknya pada Sabtu (27/9/2025) untuk memberitahukan bahwa ia akan mengirim makanan dan perlengkapan pondok minggu ini.
“Minggu depan ini waktunya kirim. Kami tiap tiga minggu sekali kirim,” tambahnya.
Kini, yang bisa dilakukan Saputro hanyalah berdoa agar anak ketiganya dapat ditemukan dalam keadaan selamat.
Baca juga: Evakuasi Korban di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Tim SAR Pakai Alat Pendeteksi Getaran
“Saya cuma berdoa mudah-mudahan semuanya selamat,” pungkasnya.
Hingga saat ini, penyebab robohnya bangunan masih dalam penyelidikan.
Namun, diketahui bahwa bangunan tersebut berada dalam tahap akhir pengecoran di lantai tiga sebelum ambruk.
Kantor SAR Kelas A Surabaya mencatat bahwa sebanyak 102 orang telah terevakuasi dari lokasi kejadian.
Sebanyak 11 di antaranya dievakuasi oleh petugas, sementara lainnya berhasil keluar secara mandiri.
Seluruh korban telah dibawa ke Rumah Sakit Notopuro dan Rumah Sakit Siti Hajar, tetapi sebagian besar telah diperbolehkan pulang.
Sayangnya, tiga orang dinyatakan meninggal dunia akibat insiden tersebut.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang