LUMAJANG, KOMPAS.com - Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali mengalami erupsi pada Senin (22/9/2025) sore.
Dalam rentang waktu satu jam, Gunung Semeru mengalami dua kali erupsi, tepatnya pukul 16.18 dan 17.15 WIB.
Erupsi pertama pukul 16.18 WIB dilaporkan dengan ketinggian asap letusan mencapai 500 meter di atas puncak kawah.
Baca juga: Gunung Semeru 5 Kali Erupsi Beruntun Senin Pagi, Tinggi Letusan sampai 700 Meter
Rekaman seismograf milik Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menunjukkan bahwa erupsi memiliki kekuatan amplitudo 21 milimeter dan berlangsung selama 2 menit 4 detik.
Adapun pada erupsi kedua pukul 17.15 WIB, tinggi letusan terpantau sama seperti erupsi sebelumnya.
Kekuatan letusan yang terekam di seismograf juga sama.
Bedanya, erupsi ini berlangsung 4 detik lebih lama, tepatnya 2 menit 8 detik.
"Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Senin, 22 September 2025, pukul 17.15 WIB dengan tinggi kolom abu teramati 500 meter di atas puncak," tulis petugas PPGA Semeru, Sigit Rian Alfian, dalam keterangan tertulis pada Senin (22/9/2025).
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Yudhi Cahyono mengatakan bahwa sampai saat ini pihaknya belum menerima laporan mengenai dampak erupsi pagi tadi.
"Dampak sementara nihil, belum ada laporan yang masuk," kata Yudhi.
Baca juga: Dampak Banjir Lahar Gunung Semeru, SD di Lumajang Kurangi Jam Pembelajaran
Yudhi menyampaikan bahwa saat ini status aktivitas Gunung Semeru berada di level II atau waspada.
Meski begitu, ia mengimbau warga untuk tidak melakukan aktivitas di sektor tengara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 8 kilometer dari puncak.
Di luar jarak tersebut, masyarakat juga dilarang melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.
Terlebih, saat ini sekitar Gunung Semeru kerap diguyur hujan lebat yang berisiko menimbulkan banjir lahar. "Waspada terhadap potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru," ujarnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang