MADIUN, KOMPAS.com - Nasib Direktur PT Mitra Maharta Madiun, Agus Zamroni, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga.
Harapan 1.000 alat mesin pertanian (alsintan) yang pernah dijanjikan Presiden Ketujuh RI, Joko Widodo akan terbeli, malah menjadi bumerang bagi Zamroni.
Betapa tidak, dari 1.000 yang pernah dipesan oleh pemerintah pusat, baru terbayar 81 unit.
Sebagian lainnya, yakni kurang lebih 519 unit dibeli sejumlah pemerintah daerah dengan menggunakan APBD, bukan dari APBN.
Masih ada 400 unit alsintan yang disimpan di gudang perusahaannya di Kelurahan Mlilir, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Baca juga: Salurkan 136 Unit Alsintan, Bupati Kebumen: Pertanian adalah Kekuatan Utama Kita
Tak kunjung dibayarnya pesanan itu berdampak kerugian serius yang dialami Zamroni.
Total kerugian yang diderita mencapai Rp 60 miliar.
Tidak hanya di situ, lantaran merugi, perusahaannya pun harus membayar pajak dengan total Rp 1.480.800.963 sejak tahun 2021.
Dari jumlah itu, ia hanya mampu mencicil Rp 981.721.765.
Tak kuat membayar sisa pajak sebesar Rp 499 jutaan yang harus dibayar, Zamroni memilih menyerahkan empat unit mesin alsintan kepada kantor pajak untuk disita sebagai ganti pembayaran tunggakan pajak.
Satu unit alsintan combine harvester biasa dijualnya Rp 122 juta.
“Kami sudah tidak sanggup lagi membayar denda yang sudah menumpuk. Makanya kami ikhlaskan alsintan kemarin disita petugas pajak untuk membayar kekurangan pajak negara sebagai bentuk tanggung jawab kami sebagai warga negara Indonesia. Gegara masalah ini, saya sampai sakit jantung,” kata Zamroni, Jumat (19/9/2025).
Menurutnya, saat ini uangnya di rekening bank tersisa Rp 170 juta.
Baca juga: Terima Bantuan Alsintan Rp 1,5 Miliar, Petani di Semarang Diwanti-wanti Bupati Tak Menjualnya
Uang yang tersisa di rekening bank itu pun hanya cukup untuk membayar karyawan selama dua bulan.
Zamroni bercerita, untuk membuat 1.000 unit mesin alat pemanen padi pesanan Presiden Jokowi, ia berutang ke beberapa bank dengan total uang sebesar Rp 60 miliar.
“Modal yang kami gunakan untuk produksi adalah modal pinjaman dari beberapa bank. Karena modal saya tidak banyak, saya mengambil utang ke beberapa bank dengan total nilai Rp 60 miliar," ujar Zamroni.
Awal mula pemesanan itu bermula saat tahun 2012 pabriknya membuat mesin pemanen padi dan sudah dipatenkan.
Produknya itu buatan sendiri, bukan menduplikasi produk dari luar negeri.
"Ini temuan saya dan murni diproduksi dalam negeri. Perusahaan ini juga biasa digunakan praktik siswa SMK kalau perusahaan jalan. Kalau seperti ini kami banyak menolak," kata Zamroni.
Setelah berkembang, kata Zamroni, Presiden Jokowi pada bulan Maret 2015 datang meninjau produksi langsung.
Baca juga: Petani Bisa Dapat Kredit Alsintan Rp 2 Miliar, Bunga 3 Persen
Saat itu, Presiden Jokowi bertanya kemampuan produksinya dalam setahun. Saat itu ia menjawab hanya sanggup 200 unit.
Kemudian, kata dia, disampaikan Presiden Jokowi bahwa 200 unit tidak imbang karena pemerintah membutuhkan 60.000 alsintan.
"Kemudian kami negoisasi, ditanya masalahnya apa. Saya sampaikan masalah modal. Kebetulan ada perbankan yang siap membiayai," kata Zamroni.
Setelah itu, Presiden Jokowi meminta untuk memproduksi alat mesin pemanen padi sebanyak 1.000 unit.
Saat jumpa pers, kata Zamroni, Presiden Jokowi menyatakan akan membeli seluruh produknya melalui e-katalog.
Dengan demikian, tinggal klik saja untuk pemesanan.
"Siapa yang tidak percaya. Kemudian kami siapkan semuanya. Ternyata seperti ini dan sampai sekarang belum terserap semuanya," ucap Zamroni.
Menurut Zamroni, pabriknya sudah selesai memproduksi mesin pesanan Presiden Jokowi sejak pertengahan 2017.
Baca juga: Wamentan Minta Pindad Produksi Alsintan seperti Ekskavator hingga Rota Tanam
Namun, sampai sekarang pesanan itu tak kunjung habis dibeli oleh Pak Jokowi.
"Kami ini sudah cukup lama merawat (mesin pesanan Presiden Jokowi) setelah dikunjungi pada tahun 2015 dan tahun 2016 barang sudah ready. Dan sampai sekarang Alhamdulillah masih dipercaya untuk merawat. Artinya sampai sekarang belum diambil sama Pak Jokowi," tutur Zamroni.
Ia berharap, mesin pemanen padi pesanan Presiden Jokowi segera diambil karena pabriknya sudah kelabakan menahan stok.
Selain itu, sudah banyak aset yang dijual untuk membayar cicilan utang bank dan operasional perusahaan.
Dia mengaku sudah berkali-kali bersurat ke presiden, tetapi sampai hari ini belum ada tindak lanjut.
Isi surat itu menanyakan komitmen dari presiden atas pernyataannya ketika konpers di dalam pabrik memintanya untuk produksi 1.000 unit mesin tersebut.
Zamroni mengharapkan Presiden Prabowo memperhatikan produksi dalam negeri. Sebab, saat ini banyak pengusaha dalam negeri yang dapat membuat alsintan.
“Kami berharap Pak Prabowo memperhatikan industri dalam negeri karena kami riset untuk petani Indonesia. Petani Indonesia tidak selalu impor. Apalagi saat ini Indonesia menjadi pangsa pasar potensial untuk impor mesin industri pertanian. Kenapa kalau ada anak negeri yang bisa (membuat mesin alsintan) tetapi harus impor,” tutur Zamroni.
Kompas.com telah berupaya meminta konfirmasi pihak Jokowi terkait hal ini, tetapi belum mendapatkan jawaban.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang