Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Relawan TBC: Dikejar Anjing, Dilaporkan ke Polisi, Semua demi Pasien Sembuh

Kompas.com, 14 September 2025, 15:36 WIB
Sukoco,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Cerita Suparni, Air Mata di Depan Rumah Pasien

Perjuangan mendampingi pasien TBC juga dilakukan Suparni, kader asal Karangrejo.

Ia mengingat jelas hari ketika datang ke rumah pasien TBC.

Suparni sudah bersiap memberi semangat agar pasien patuh berobat. Tetapi yang ia dapatkan justru kabar duka dari rumah pasien yang dia datangi.

“Saya menangis. Pasien itu meninggalkan istri dengan gangguan jiwa dan tiga anak kecil. Rumahnya pun tidak layak huni,” kenangnya sambil menarik napas panjang.

Suparni menyebut momen tersebut adalah hantaman besar, tapi ia memilih tidak berhenti.

Tak hanya berhenti memberi dukungan untuk minum obat, Suparni juga meninjau lingkungan tempat tinggal penderita TBC di lingkungan pengawasannya.

Dari data, ada tiga pasien TBC yang meninggal di kawasan itu.

“Tugas kader TBC itu tidak cuma pasiennya saja, tapi lingkungan juga harus kita tinjau. Ternyata di lingkungan situ itu meninggal karena TBC. Rumah itu kurang jendela, kurang ventilasi atau penerangan, tidak ada genting kaca. Rumah juga pintunya harus dibuka, jendela juga dibuka. Karena penyakit TBC itu tumbuh pesatnya di ruangan yang lembab dan lingkungannya kurang pencahayaan,” jelasnya.

Suparni terus teringat kondisi istri pasien meninggal yang mengalami ODGJ.

Dia berusaha membantu keluarga tersebut melalui pemerintah desa untuk memperhatikan nasib ketiga anaknya.

“Kita mau ke sana awalnya dilarang karena takut terjadi apa-apa karena ibunya ini ODGJ, tapi saya nekat karena kepikiran ketiga anaknya siapa yang memperhatikan karena bantuan saja tidak cukup. Akhirnya dari keluarganya saling mendukung,” katanya.

Perjuangan mendampingi pasien TBC yang paling sulit justru berasal dari pasien dengan kondisi finansial tergolong mampu.

Kebanyakan mereka egois dan enggan berobat karena merasa TBC bukan penyakit yang membahayakan.

“Sulitnya mereka itu tidak mau berobat karena egois bahwa mereka baik-baik saja. Justru kita khawatirkan penularannya kalau tidak mau berobat,” kisahnya.

Atas dedikasinya menjadi kader pendamping TBC sejak 2014, pada 2019, Suparni terpilih sebagai kader TBC terbaik Kabupaten Magetan.

Desanya pun menjadi desa percontohan peduli TBC.

Baginya, penghargaan itu bukan soal nama, melainkan bukti bahwa perjuangan kecilnya tidak sia-sia.

“Yang sudah sembuh sudah puluhan,” ujarnya tersenyum bahagia.

Dari Polsek hingga Dikejar Anjing

Kisah Sukanti justru penuh dengan pengalaman yang menegangkan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau