SURABAYA, KOMPAS.com - Situasi Surabaya sempat memanas akibat aksi massa di depan Gedung Negara Grahadi Kota Surabaya yang berujung ricuh pada akhir pekan lalu.
Namun di balik ketegangan itu, ada kisah sederhana namun sarat makna dan syukur dari dua penjual es dawet asal Banjarnegara, Mudiarto dan Slamet.
Selama dua hari berturut-turut, Sabtu (30/8/2025) dan Minggu (31/8), mereka justru mendapat berkah tidak terduga.
Dagangan minuman berupa dawet dicampur santan, gula merah dan es itu diborong langsung Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, ketika meninjau lokasi aksi massa.
Bagi kedua pedagang itu, perhatian sederhana dari seorang tokoh memberi semangat tersendiri.
Baca juga: 3 Hari Aksi di Surabaya, 109 Orang Ditangkap, 26 Belum Dipastikan Keberadaannya
Lebih dari sekadar laris manis, momen itu jadi pengingat bahwa rezeki bisa datang dari arah yang tidak terduga, bahkan di tengah suasana genting sekalipun.
Bagi Mudiarto, pedagang dawet keliling, momen itu menjadi rezeki tidak terduga. Sebab ia yang sudah bertahun-tahun berjualan di Surabaya ini mengaku selalu memilih menjauh bila ada kerumunan jika ada aksi massa.
“Kalau ada demo dan massa yang banyak saya selalu menjauh, itu yang saya lakukan selama berjualan di Surabaya ini,” katanya kepada Kompas.com.
Ia menyadari, keamanan adalah hal yang paling utama saat berjualan. Bahkan saat kericuhan pecah pada Jumat (29/8/2025) sore dan gas air mata dilepaskan, ia memilih seharian tidak menjajakan es dawet di lokasi tersebut.
“Daripada mendekat karena ramai, lebih baik cari aman. Keselamatan lebih utama, bukan aji mumpung,” imbuhnya.
Meski begitu, Mudiarto tetap mempunyai harapan sederhana bagi masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi.
“Demo itu boleh saja, tapi yang aman dan tertib. Tidak perlu ada pengrusakan apalagi pada cagar budaya atau ikon kota. Kalau rusuh, orang panik semua, takut keluar rumah. Itu yang bikin dampak ke pedagang juga,” ucapnya.
Slamet salah satu penjual es dawet di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jawa Timur.Apalagi, rezeki sudah ada yang mengatur. Seperti musim panas saat ini, es dawetnya selalu menjadi pelepas dahaga.
Saat Khofifah membeli dagangannya, ia hanya bisa mengucap syukur.
“Ya alhamdulillah rezeki,” katanya singkat.