Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Takut Nasib seperti Affan", Driver Ojol Surabaya Pilih Cari Aman di Tengah Aksi Ricuh

Kompas.com, 30 Agustus 2025, 06:36 WIB
Suci Rahayu,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Kabar duka meninggalnya Affan Kurniawan, driver ojek online (ojol) berusia 21 tahun yang tewas setelah tertabrak dan dilindas kendaraan taktis Brimob saat demonstrasi di Jakarta, masih menyisakan trauma bagi rekan-rekannya di berbagai kota, termasuk Surabaya, Jawa Timur.

Ahmat Julianto, seorang driver ojol, mengaku bahwa pada Jumat (29/8/2025), hampir seharian tidak berani menarik penumpang. Rasa takut menyelimuti pikirannya karena situasi jalanan yang penuh ketidakpastian.

"Tadi seharian ga narik takut kena sweeping. Baru keluar jam 9 malam," katanya kepada Kompas.com.

Ahmat memilih untuk tidak ikut aksi solidaritas bersama rekan-rekannya. Bukan karena tidak peduli, melainkan karena pesan dari keluarganya agar tetap berhati-hati dan menghindari risiko saat terjadi aksi massa besar-besaran.

Baca juga: Lilin Duka dari Banyuwangi untuk Kematian Affan Kurniawan

"Tidak berani keluar ikut unjuk rasa bersama teman-teman ojol, mendoakan dari rumah saja. Saya cari aman, tidak mau buat kepikiran orang rumah karena sudah diingatkan sama orang rumah karena takut seperti yang terjadi di Jakarta kemarin," ujar Ahmat.

Ia tahu betul getirnya menjadi pengemudi ojol, di mana risiko selalu mengintai meski hanya sekadar mencari nafkah.

"Yang di Jakarta itu kan tidak ikut demo, dia lagi kerja tapi jadi korban. Kerja di jalan taruhannya nyawa, kita tidak tahu hari apes kapan. Saya sudah lama ngojol sejauh ini kalau ada aksi-aksi memang tidak pernah ikut," imbuhnya.

Meski awalnya para pengemudi ojol di Surabaya berencana menggelar aksi solidaritas pada 3 September 2025 mendatang, kejadian di Jakarta membuat mereka spontan turun ke jalan lebih cepat. Namun, bagi Ahmat, pilihan tetap berbeda.

"Karena kemarin ini ada kejadian jadi tadi pagi mau tidak mau melakukan aksi solidaritas untuk almarhum. Jadi saya narik sesuai situasi saja," kata pria asli Surabaya itu.

Kondisi Surabaya hingga malam hari masih mencekam. Jalan-jalan utama ditutup, massa aksi memadati titik-titik vital kota, dan ricuh sempat pecah di beberapa lokasi. Situasi ini membuat banyak penumpang beralih ke moda transportasi lain.

Baca juga: Poin-poin Pernyataan Prabowo soal Demo dan Ojol yang Tewas Dilindas Rantis Brimob

"Ini tadi di Stasiun Wonokromo juga banyak yang menggunakan becak motor atau taksi karena ojol sendiri agak takut untuk narik. Waswas saya mantau terus di grup meskipun sempat narik juga tadi," sambungnya.

Bukan hanya soal keamanan, Ahmat juga mengeluhkan dampak ekonomi akibat situasi tersebut.

"Banyak pengalihan arus jadi tambah jauh muter-muter yang harusnya 5 km jadi 7 km sedangkan harga tetap kan juga merugikan. Kadang kan penumpang juga ga ngerti malah marah-marah. Jadi serba salah, saya lebih baik tidak narik meskipun penghasilan berkurang," tuturnya.

Kekhawatiran semakin bertambah setelah mendengar cerita dari rekannya yang mengalami intimidasi saat membawa penumpang.

"Tadi pagi teman juga kena sweeping bawa customer disuruh turun padahal pakai baju bebas. Customer turun di tengah jalan terus teman disuruh demo. Kasian juga kan customer. Kalau tidak ada kejadian tidak apa-apa, kalau ada kasian," kata Ahmat.

"Karena ada juga triknya order ojol, setelah datang kita disuruh demo," ucapnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau