Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekan Kenaikan Harga Beras Medium, Gelontorkan Beras SPHP Jadi Strategi Gubernur Khofifah

Kompas.com, 27 Agustus 2025, 18:37 WIB
Nugraha Perdana,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menegaskan penyelenggaraan pasar murah dengan menggelontorkan beras SPHP secara masif menjadi strategi utama Pemprov Jawa Timur menghadapi kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium.

Langkah ini diambil untuk memastikan masyarakat tetap bisa mengakses logistik pangan dengan harga terjangkau.

Pernyataan tersebut disampaikan Gubernur Khofifah usai meninjau Pasar Murah di kawasan Samsat Kota Malang, Jawa Timur, pada Rabu (27/8/2025).

"Intinya adalah bagaimana kita bisa menyiapkan logistik dengan harga yang terjangkau. Saat HET beras medium naik, maka cara-cara seperti ini (Pasar Murah) kita maksimalkan supaya bisa menjangkau pemenuhan kebutuhan masyarakat," ujar Khofifah, Rabu (27/8/2025).

Baca juga: Pakar Ekonomi Ungkap Perlu Strategi Jangka Panjang untuk Atasi Lonjakan Harga Beras

Langkah intervensi ini diambil menyusul keputusan Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang menaikkan HET beras medium dari Rp 12.500 menjadi Rp 13.500 per kilogram.

Menurut Khofifah, kenaikan ini berpotensi memberatkan daya beli masyarakat jika tidak diimbangi dengan ketersediaan beras murah.

"Dua hari lalu Bapanas mengeluarkan SK HET. Nah HET beras medium dinaikkan dari Rp 12.500 ke Rp 13.500. Bisa dibayangkan kalau kemudian terjadi lonjakan harga beras di pasar. Maka cara-cara seperti ini kita maksimalkan supaya bisa menjangkau pemenuhan kebutuhan masyarakat," ungkapnya.

Baca juga: Stok Beras Premium di Samarinda Aman, tapi Harga Tembus Rp 19.000 per Kilogram

Gubernur Khofifah mengungkapkan, salah satu pemicu lonjakan harga beras di pasaran adalah realisasi distribusi beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog yang masih rendah.

Hingga Selasa (26/8/2025) malam, realisasi penyaluran baru mencapai 6,17 persen dari total alokasi 173 ribu ton untuk Jawa Timur.

"Beras SPHP ini kualitasnya bagus, HET-nya Rp 12.500, tapi susah diperoleh. Maka kita harus menembus (kendala) ini dengan berbagai pasar murah," jelasnya.

Baca juga: Polda Sumbar Jamin Beras Aman, Bulog Sebut Stok Capai 15.000 Ton

Ia memaparkan adanya kendala dalam sistem pencairan beras SPHP melalui aplikasi.

Banyak pemohon yang telah mendaftar di aplikasi klik SPHP harus menunggu hingga tiga minggu tanpa kepastian.

Proses verifikasi oleh Bapanas, yang bertujuan untuk mencegah penyelewengan seperti pengoplosan beras, menjadi salah satu faktor yang memperlambat distribusi.

"Stok kita di Bulog sangat cukup, bahkan berlimpah sampai sewa gudang. Masalahnya bukan pada ketersediaan, tetapi pada mekanisme pengeluarannya," tambah Khofifah.

Baca juga: Harga Beras Naik, Warga Depok Kian Tertekan tapi Tetap Harus Makan Nasi

Melalui Pasar Murah, Pemprov Jatim bersama Bulog, TNI, dan Polri memotong jalur distribusi yang panjang dan memastikan komoditas pokok sampai ke tangan warga dengan harga sangat terjangkau.

Halaman:


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau