Salin Artikel

Tekan Kenaikan Harga Beras Medium, Gelontorkan Beras SPHP Jadi Strategi Gubernur Khofifah

Langkah ini diambil untuk memastikan masyarakat tetap bisa mengakses logistik pangan dengan harga terjangkau.

Pernyataan tersebut disampaikan Gubernur Khofifah usai meninjau Pasar Murah di kawasan Samsat Kota Malang, Jawa Timur, pada Rabu (27/8/2025).

"Intinya adalah bagaimana kita bisa menyiapkan logistik dengan harga yang terjangkau. Saat HET beras medium naik, maka cara-cara seperti ini (Pasar Murah) kita maksimalkan supaya bisa menjangkau pemenuhan kebutuhan masyarakat," ujar Khofifah, Rabu (27/8/2025).

Langkah intervensi ini diambil menyusul keputusan Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang menaikkan HET beras medium dari Rp 12.500 menjadi Rp 13.500 per kilogram.

Menurut Khofifah, kenaikan ini berpotensi memberatkan daya beli masyarakat jika tidak diimbangi dengan ketersediaan beras murah.

"Dua hari lalu Bapanas mengeluarkan SK HET. Nah HET beras medium dinaikkan dari Rp 12.500 ke Rp 13.500. Bisa dibayangkan kalau kemudian terjadi lonjakan harga beras di pasar. Maka cara-cara seperti ini kita maksimalkan supaya bisa menjangkau pemenuhan kebutuhan masyarakat," ungkapnya.

Gubernur Khofifah mengungkapkan, salah satu pemicu lonjakan harga beras di pasaran adalah realisasi distribusi beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog yang masih rendah.

Hingga Selasa (26/8/2025) malam, realisasi penyaluran baru mencapai 6,17 persen dari total alokasi 173 ribu ton untuk Jawa Timur.

"Beras SPHP ini kualitasnya bagus, HET-nya Rp 12.500, tapi susah diperoleh. Maka kita harus menembus (kendala) ini dengan berbagai pasar murah," jelasnya.

Ia memaparkan adanya kendala dalam sistem pencairan beras SPHP melalui aplikasi.

Banyak pemohon yang telah mendaftar di aplikasi klik SPHP harus menunggu hingga tiga minggu tanpa kepastian.

Proses verifikasi oleh Bapanas, yang bertujuan untuk mencegah penyelewengan seperti pengoplosan beras, menjadi salah satu faktor yang memperlambat distribusi.

"Stok kita di Bulog sangat cukup, bahkan berlimpah sampai sewa gudang. Masalahnya bukan pada ketersediaan, tetapi pada mekanisme pengeluarannya," tambah Khofifah.

Melalui Pasar Murah, Pemprov Jatim bersama Bulog, TNI, dan Polri memotong jalur distribusi yang panjang dan memastikan komoditas pokok sampai ke tangan warga dengan harga sangat terjangkau.

Di pasar murah tersebut, harga yang ditawarkan jauh lebih rendah dari HET yang ditetapkan pemerintah.

Beras SPHP yang HET-nya Rp 12.500 dijual hanya Rp11.000 per kilogram.

Begitu pula dengan komoditas lain seperti gula pasir yang dijual Rp 14.000 (HET Rp 17.500) dan minyak goreng Minyakita seharga Rp 13.000 (HET Rp 16.000).

"Ini adalah ikhtiar untuk memberikan keringanan dan menjaga keterjangkauan masyarakat terhadap logistik yang dibutuhkan, terutama empat komoditas inti seperti beras, gula, minyak goreng, dan telur," tuturnya.

Sebelum Malang, operasi pasar serupa telah digelar secara maraton di Blitar, Tulungagung, dan Kediri sebagai upaya keseriusan pemerintah dalam menstabilkan harga dan menjaga inflasi di tingkat daerah.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/08/27/183731078/tekan-kenaikan-harga-beras-medium-gelontorkan-beras-sphp-jadi-strategi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com