JEMBER, KOMPAS.com - Selama sebulan terakhir, Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengalami kelangkaan beras medium.
Sementara itu, beras SPHP (Sistem Pangan Hasil Pertanian) justru jarang diminati konsumen.
Kondisi ini muncul di tengah beredarnya desas-desus mengenai beras oplosan dan beras SPHP palsu.
Hamidah, seorang pedagang beras di Pasar Tanjung, Jember, mengungkapkan bahwa ia hanya menjual beras premium dan SPHP dalam sebulan terakhir.
Baca juga: Harga Beras Medium Melonjak 14,67 Persen Saat SPHP Disalurkan
“Saya sudah lama tak mendapatkan kiriman beras medium dari penggiling. Stok beras yang dijual, dikirim oleh penggiling dalam bentuk kemasan siap jual,” ujarnya pada Rabu (13/8/2025).
Ia menambahkan bahwa penggilingan kini hanya menyediakan beras premium.
Hamidah menjual beras premium dengan harga Rp 77.500 per 5 kilogram, sedangkan beras SPHP dari Bulog dijual seharga Rp 55.000.
Ia sering mendapati pelanggan yang kecewa karena terpaksa membeli beras premium dengan harga yang lebih mahal.
Kepala Bulog Jember, Muhammad Ade Saputra, menanggapi isu kelangkaan tersebut.
Ia menegaskan bahwa kelangkaan beras medium bukan disebabkan isu beras oplosan.
Baca juga: Harga Beras Medium dan Premium Naik di Atas HET, Zulhas Ungkap Biang Keroknya
“Kelangkaan disebabkan penggilingan menjual beras kualitas medium harga premium,” klarifikasinya pada Kamis (14/8/2025).
Menurut Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional (Kepbadan) Nomor 2 Tahun 2025 pada 12 Januari 2025, harga Gabah Kering Panen (GKP) di petani ditetapkan sebesar Rp 6.500 per kilogram, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 6.000.
Ade menjelaskan bahwa banyak pedagang di pasar tradisional telah mengajukan permohonan kepada Bulog sebagai penyalur beras SPHP dan saat ini sedang dalam proses verifikasi.
Sebagai langkah cepat, pihaknya telah menggelontorkan beras SPHP ke toko-toko modern serta bekerja sama dengan pemerintah daerah, TNI, dan Polri untuk menggelar gerakan pangan murah (GPM).
“Skema lain, kami membuka outlet di depan gudang Bulog serta GPM TIM Bulog ke pemukiman dan yang ada di kelurahan,” tambahnya.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk menjangkau masyarakat secara langsung, permintaan konsumen terhadap beras SPHP tetap rendah.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang