Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jawab Fenomena Childfree, Menteri Wihaji Dorong Korporasi Sediakan Tempat Penitipan Anak

Kompas.com, 12 Agustus 2025, 20:47 WIB
Nugraha Perdana,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Menjawab kekhawatiran ekonomi dan karier yang membuat sebagian perempuan Indonesia mempertimbangkan untuk tidak memiliki anak (childfree), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendorong adanya Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya).

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Indonesia/Kepala BKKBN Wihaji menjelaskan, program ini dirancang sebagai solusi agar para pekerja, khususnya perempuan, dapat tetap berkarier tanpa mengorbankan pengasuhan anak.

Menurut Wihaji, data yang diterimanya menunjukkan ada 71.000 perempuan Indonesia yang berkeinginan untuk childfree, sehingga harus direspons dengan kebijakan yang solutif.

Baca juga: Mengapa Marak Fenomena Childfree di Masyarakat Urban? Ini Kata PPAPP DKI

"Saya meyakini walaupun ingin, insya Allah tidak dikerjakan. Tapi begini, prinsipnya saya meyakini untuk Indonesia itu bukan pilihan," kata Wihaji di Mini Block Office, Balai Kota Malang pada Selasa (12/8/2025).

Berdasarkan diskusinya, tiga faktor utama yang melatarbelakangi pemikiran ini adalah kekhawatiran ekonomi, potensi terhambatnya karier, dan pergeseran pandangan mengenai kebahagiaan.

Baca juga: 71.000 Perempuan RI Pertimbangkan Childfree, Menteri Wihaji: Saya Hormat tetapi Tidak Menyarankan karena...

"Saya menghormati keinginan tersebut, tetapi selaku menteri, pemerintah harus hadir. Kenapa itu terjadi, maka saya menjawab dengan program Tamasya," katanya.

Program Tamasya, yang secara konsep serupa dengan day care atau tempat penitipan anak, menjadi jawaban utama pemerintah. Melalui program ini, perusahaan didorong bahkan diwajibkan untuk menyediakan fasilitas penitipan anak yang berkualitas bagi para pekerjanya.

"Mereka takut tidak ada yang mengasuh anak saat bekerja. Kita siapkan solusinya melalui Tamasya, di mana pola asuhnya tersertifikasi oleh BKKBN untuk memastikan kualitasnya," jelas Wihaji.

Untuk memastikan implementasi program ini berjalan efektif, BKKBN telah menggandeng enam kementerian, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).

Wihaji mengatakan, bahwa penyediaan fasilitas Tamasya akan menjadi salah satu syarat dalam penilaian Proper (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup).

"Seluruh korporasi yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan kebun-kebun sawit, salah satu syarat Proper-nya harus ada Tamasya. Ini agar bapak-ibunya tetap bisa bekerja produktif, dan anak-anak mereka mendapat pengasuhan dan pendidikan yang layak," ujarnya.

Imbauan serupa juga ditujukan kepada industri padat karya dengan pekerja perempuan yang dominan, seperti pabrik-pabrik besar.

"Tolong siapkan ruang untuk penitipan anak agar ibu-ibu ini bisa tetap bekerja dan pada saat yang sama bisa memiliki anak," imbau Wihaji.

Ia juga berharap, program Tamasya ini juga didukung oleh seluruh pemerintah daerah.

"Saya berharap begitu. Kalau pemerintahan sih, saya oke lah. Maksud saya bahwa pemerintah daerah, pemerintah pusat sudah mencoba untuk menyiapkan itu," katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau