Bagi Sri Wahyuni dan Rinawati, merujuk pasien hamil dari Pulau Sapudi tidak pernah mudah.
Dengan hanya menggunakan perahu taksi kayu, mereka harus melawan ombak, angin kencang, dan kadang hujan deras selama berjam-jam.
Selama di tengah laut, para bidan tidak boleh lengah.
Infus, oksigen, dan kateter harus tetap terpasang dan terjaga dengan baik.
Baca juga: Sidang Pembunuhan Gadis Hamil di Gowa, Pengunjung Menangis Dengar Kekejaman Terdakwa
Beruntung, setelah terombang-ambing selama tiga jam di laut, akhirnya perahu tiba di Pelabuhan Kecamatan Dungkek dan pasien dibawa dengan ambulans menuju rumah sakit.
Yuyun menceritakan, kendala dalam merujuk pasien dari kepulauan adalah lamanya menunggu konfirmasi.
"Kami sudah berusaha menginformasikan rujukan ke rumah sakit jam 11 siang, tapi masih menunggu dari rumah sakit, baru dapat info jam 1 siang. Itu kendalanya," ujarnya.
Yuyun menyayangkan sistem rujukan yang lambat. Sementara pihak Puskesmas tak bisa langsung memutuskan, karena jika salah langkah, justru bisa dimarahi oleh rumah sakit.
“Hampir setiap rujukan seperti ini. Kapal sudah siap, tenaga medis juga siap, tapi semua harus menunggu keputusan yang sering kali datang terlambat,” tutur dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang