Salin Artikel

13 Jam Alami Pendarahan, 3 Jam di Tengah Laut, Seorang Ibu Hamil di Sumenep Berhasil Selamat

Warga Desa Kalowang, Kecamatan Gayam, Pulau Sapudi itu harus dirujuk karena mengalami pendarahan hebat sejak Kamis malam (24/7/2025).

"Sekitar jam 12 malam, pasien sudah dibawa oleh keluarganya ke bidan desa karena sudah mengalami pendarahan," kata Sri Wahyuni, salah seorang bidan yang mendampinginya, Jumat (25/7/2025).

Bidan yang akrab disapa Yuyun itu menambahkan, setelah ibu satu anak itu dirawat di bidan desa, pendarahannya belum juga berhenti.

Akhirnya, pada Jumat pagi, pukul 08.00 WIB, bidan desa dan keluarga merujuk pasien ke Puskesmas Gayam.

Setelah dilakukan diagnosis awal, diduga pendarahan yang dialami pasien disebabkan oleh posisi plasenta previanya yang berada di bagian bawah kandungan, menutupi kepala bayi.

"Jika sudah terjadi pendarahan aktif, harus dirujuk ke rumah sakit. Plasentanya kan di bawah, jadi tidak bisa ditangani oleh bidan. Harus dokter spesialis," tambah Yuyun saat bercerita kepada Kompas.com di Sumenep.

Selama di Puskesmas, bidan, perawat, dan dokter sempat berusaha melakukan penanganan kepada pasien.

Namun karena tidak membuahkan hasil, akhirnya pada Jumat siang, pukul 11.00 WIB, pihak Puskesmas berkoordinasi dengan petugas jaga di RSUD Dr. Moh. Anwar untuk merujuk pasien.

Rencana merujuk pasien ke rumah sakit di daratan tak segera membuahkan hasil.

Pihak Puskesmas harus menunggu berjam-jam untuk mendapatkan keputusan apakah pasien boleh dirujuk atau tidak.

Pada pukul 13.00 WIB, akhirnya ada kabar dari petugas jaga RSUD Dr. Moh. Anwar yang menyatakan bahwa pasien bisa dirujuk.

Pasien, didampingi dua bidan Puskesmas Gayam, Sri Wahyuni dan Rinawati, akhirnya berangkat dari Pelabuhan Tarebung, Kecamatan Gayam, menuju Pelabuhan Kecamatan Dungkek.

Selain kedua bidan, suami serta ibu dan ayah pasien juga ikut berlayar untuk membantu penanganan selama perjalanan.

"Alhamdulillah kondisinya (pasien) mulai membaik, tapi pendarahannya, sampai di rumah sakit masih terus terjadi," ungkap dia.

Bagi Sri Wahyuni dan Rinawati, merujuk pasien hamil dari Pulau Sapudi tidak pernah mudah.

Dengan hanya menggunakan perahu taksi kayu, mereka harus melawan ombak, angin kencang, dan kadang hujan deras selama berjam-jam.

Selama di tengah laut, para bidan tidak boleh lengah.

Infus, oksigen, dan kateter harus tetap terpasang dan terjaga dengan baik.

Beruntung, setelah terombang-ambing selama tiga jam di laut, akhirnya perahu tiba di Pelabuhan Kecamatan Dungkek dan pasien dibawa dengan ambulans menuju rumah sakit.

Yuyun menceritakan, kendala dalam merujuk pasien dari kepulauan adalah lamanya menunggu konfirmasi.

"Kami sudah berusaha menginformasikan rujukan ke rumah sakit jam 11 siang, tapi masih menunggu dari rumah sakit, baru dapat info jam 1 siang. Itu kendalanya," ujarnya.

Yuyun menyayangkan sistem rujukan yang lambat. Sementara pihak Puskesmas tak bisa langsung memutuskan, karena jika salah langkah, justru bisa dimarahi oleh rumah sakit.

“Hampir setiap rujukan seperti ini. Kapal sudah siap, tenaga medis juga siap, tapi semua harus menunggu keputusan yang sering kali datang terlambat,” tutur dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/07/26/092030578/13-jam-alami-pendarahan-3-jam-di-tengah-laut-seorang-ibu-hamil-di-sumenep

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com