BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kemacetan ekstrem menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur kembali terjadi, bahkan telah mengular lebih dari 35 kilometer.
Kendaraan nyaris tak bergerak, mempengaruhi setiap aspek, terutama mobilitas warga yang terhambat karena sulitnya akses menuju Kota Banyuwangi.
Salah satu yang terdampak adalah Nur Laila Dewi Sinta (23), seorang ibu muda asal Desa Sumberkencono, Kecamatan Wongsorejo, yang harus berjuang menerobos kemacetan ekstrem karena hendak melahirkan anak pertamanya.
Baca juga: Dampak Penutupan Jalur Gumitir, Kemacetan Parah ke Pelabuhan Ketapang Hingga Hutan Baluran
Bersama suaminya, Nur Laila bahkan harus berganti kendaraan, dari mobil ke sepeda motor demi dapat cepat sampai ke RS Yasmin di Kota Banyuwangi untuk mendapatkan penanganan medis.
"HPL (hari perkiraan lahir) hari ini tanggal 24," kata rekan Nur Laila, Yulia Ainurrohmah, Kamis (24/7/2025).
Yulia adalah teman sekaligus rekan seprofesi Nur Laila, yang sama-sama mengajar di SMP Islam Sunan Kalijaga, Sumberkencono, Wongsorejo.
Kepada Yulia, Nur Laila aktif memberitahukan perkembangan keadaannya sejak berangkat dari rumah hingga mendapatkan penanganan di rumah sakit.
"Sebetulnya tanggal 20 Juli sudah ngeflek dan kram, karena khawatir, dibawa ke bidan, dan diminta rujuk ke rumah sakit," ungkap Yulia.
Baca juga: Gapasdap Desak Kenaikan Tarif Penyeberangan Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk
Namun, saat itu, Nur Laila mendapatkan penolakan karena menurut tenaga medis, Nur Laila belum mengalami pembukaan jalan lahir, sehingga dipersilakan pulang untuk istirahat total dan kembali saat HPL.
Pada HPL, sebelum subuh, Nur Laila berangkat bersama keluarga menuju rumah sakit dari rumah mereka menggunakan mobil pribadi.
Namun, mobil terjebak kemacetan ekstrem sejak dari wilayah Desa Galekan, yang tak hanya menutup dua jalur jalan.
Empat jalur jalan yang ada tertutup kendaraan, sehingga Nur Laila dan keluarganya terjebak dan tak lagi bisa bergerak di sekitar Masjid Wongsorejo.
"Lama tidak ada pergerakan, karena khawatir, orangtua inisiatif untuk menyuruh suami Nur untuk naik motor," tuturnya.
Baca juga: Gapasdap Minta Pembangunan Dermaga Baru di Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk
Seorang kerabat diminta untuk mengantar motor, dan suami Nur yang mengendarai sendiri motornya sembari membawa sang istri.
Mereka hanya berdua dan saling menguatkan.
Dari rekaman video yang dibagikan Nur kepada Yulia, motor mereka melaju pelan di sela-sela truk besar.
Cukup sempit dan hanya mampu dilewati satu motor, serta pengendara pun harus pandai-pandai menjaga keseimbangan.
Perjuangan suami Nur, ia harus mencari celah di setiap truk, serta memastikan sang istri baik-baik saja, karena sang istri sebetulnya tak boleh kelelahan.
"Naik motor pelan sekali dan sering berhenti, karena sama dokter tidak boleh terlalu capek dan tidak boleh banyak bergerak," ujarnya.
Baca juga: Gapasdap Minta Pembangunan Dermaga Baru di Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk
Keduanya banyak berhenti untuk memantau kondisi sang ibu, kemudian melanjutkan perjalanan kembali saat sang ibu yakin.
Beruntungnya, kondisi sang ibu hamil juga dalam keadaan fit.
Setelah melalui perjuangan untuk terlepas dari kemacetan ekstrem Pelabuhan Ketapang, pasangan suami istri tersebut akhirnya dapat tiba dengan selamat di rumah sakit pada sekitar pukul 08.00 WIB.
"Alhamdulillah sudah ditangani dan sekarang ditangani dokter," katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang