Kebetulan, kata Momon, salah satu dari teman sesama siswa baru memiliki kakak laki-laki yang duduk di bangku kelas 3 (IX) SMPN 3 Doko.
“Teman dari korban ini kemudian mengadu ke kakaknya yang kelas 3, senior. Dari situlah kemudian kakaknya ini mengajak teman-temannya untuk ‘memberi pelajaran’ pada korban,” ungkap Momon.
Aksi balas dendam atas sikap korban terhadap sejumlah anak sesama siswa baru itu, kata dia, berujung pada aksi perundungan dan pengeroyokan yang dilakukan di lingkungan sekolah, persisnya di belakang kamar mandi sekolah.
“Korban ini waktu berada di kelas dijemput oleh beberapa senior, kakak kelas dan dibawa ke lokasi terjadinya bullying,” ujarnya.
Di lokasi itulah, lanjutnya, korban mengalami kekerasan psikis dan fisik berupa olok-olok, umpatan, pemukulan dengan tangan dan tendangan secara bergantian.
Momon membenarkan bahwa ketika aksi pengeroyokan itu berlangsung ada sejumlah anak yang berniat melerai, namun tidak berdaya setelah puluhan anak terduga pelaku mengancamnya.
Bahkan, lanjutnya, salah satu anak yang hendak melerai sempat mendapatkan kekerasan fisik dari siswa senior di sekolah tersebut.
Diberitakan sebelumnya, WV menjadi korban pengeroyokan oleh sekitar 20 siswa senior SMP Negeri 3 Doko pada Jumat pekan lalu ketika berlangsung program MPLS bagi siswa baru.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang