Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Main Layangan di Surabaya Melejit, Para Petarung Adu Ketangkasan di Bawah Senja

Kompas.com, 19 Juli 2025, 11:34 WIB
Azwa Safrina,
Andi Hartik

Tim Redaksi

Mencegah kecanduan gawai pada anak

Ibu Rizal, Puri asal Sedati, Sidoarjo, mengaku senang dengan meningkatnya kembali tren bermain layang-layang seperti saat ini.

Ia menuturkan bahwa menemukan lahan kosong di tengah kota metropolitan bak menemukan emas yang sangat berharga di antara pasir hitam.

“Sekarang itu menemukan lahan kosong seperti ini seperti menemukan emas berharga di antara pasir hitam, padahal hanya untuk bermain layangan,” ucapnya saat ditemui Kompas.com, Kamis (17/7/2025).

Ditambah lagi di tengah era kemunculan teknologi dan melesatnya penggunaan gadget, bermain layang-layang menjadi salah satu sarana untuk menyingkirkan distraksi dan kecanduan gadget, serta lebih mendekatkan diri dengan alam.

“Apalagi saya kan orang Sidoarjo, keluarga juga sama, enggak punya desa. Kalau ada yang banyak main layang-layang seperti ini kan juga bisa sesekali membuat Rizal tidak terlalu kecanduan gadget, biar lebih dekat sama alam juga,” ujarnya.

Baca juga: Marak Layangan di Yogyakarta, 1 Pengendara Luka akibat Senar Gelasan

Genta (14) mengungkapkan, pertama kali mengetahui tren bermain layangan itu dari media sosial.

“Ya tahunya dari medsos (media sosial), terus diajakin sama teman-teman main di sini,” terang Genta.

Sudah tiga hari terakhir setiap sekitar pukul 16.00 WIB, dia bersama teman-temannya menjajakan kaki di tengah hamparan rumput sambil berlarian ke sana-sini mempertahankan posisi layangannya.

Ia hanya perlu mengocek harga Rp 2.000 per layangan dan Rp 13.000 untuk benang gelasan.

“Kalau ini aku belinya Rp 2.000 an, ya nanti kalau layangannya rusak atau benang putus tinggal beli lagi atau giliran sama teman,” ungkapnya.

Dirinya mengaku senang karena akhirnya bisa bermain dengan leluasa, setelah selama ini hanya bisa menerbangkan di sekitar area rumah.

“Sebenarnya kalau main hampir setiap hari di sekitar rumah, tapi karena tempatnya enggak begitu luas cuma gang kecil gitu aja, jadi layangannya gampang jatuh,” ujarnya.

Tak hanya anak-anak atau remaja saja, tetapi juga banyak orang dewasa yang ikut berpartisipasi memainkan seutas benang dan bambu itu.

Salah satunya Andrea (33), warga Tambaksawah, Sidoarjo. Dia mengaku baru saja pulang bekerja dan memutuskan untuk bermain layang-layang sebagai sarana melepas penat.

“Ini saya habis pulang kerja. Capek, Mbak. Setelah kerja seharian ingin refreshing seengaknya satu dua jam cukup,” kata Andrea yang masih memakai seragam kantor.

Menurutnya, keseruan bermain layangan terletak pada saat antar pemain saling bertanding mempertahankan layangannya agar tidak terjatuh atau benang putus.

“Nanti biasanya kalau ada yang jatuh kita berebut mengambil. Biasanya layangan yang besar-besar itu makin diincar. Kalau dapat nanti dikoleksi saja,” ucapnya.

Meskipun begitu, satu hal yang membuatnya kesal karena masih banyaknya masyarakat bermain layangan dengan sembarang sehingga seringkali rantai motornya terlilit benang layangan.

“Pernah tiba-tiba helm saya kesangkut benang layangan, paling sering rantai motor ini kelilit benang, jadinya susah gerak dan harus diudari (dilepaskan), kan bikin lebih mudah rusak,” terangnya.

Ia berharap fenomena bermain layangan ini tidak hanya menjadi tren sekejap, tapi ada tindak lanjut dari pemerintah setempat.

“Ya bisa lebih dikembangkan lagi lah, diteruskan, jangan hanya berhenti di musim kemarau saja,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau