Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Warga Lumajang soal Sound Horeg yang Difatwakan Haram

Kompas.com, 17 Juli 2025, 16:27 WIB
Miftahul Huda,
Andi Hartik

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Fenomena sound horeg tengah memicu polemik di Jawa Timur. Terlebih, saat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur mengeluarkan fatwa haram pertunjukan sound horeg pada akhir pekan lalu.

Pro dan kontra atas pertunjukan sound horeg pun semakin bermunculan. Tidak terkecuali di kalangan warga Kabupaten Lumajang.

Indra Sinaga, warga Desa Bades, Kecamatan Pasirian mengatakan, sound horeg adalah sarana hiburan bagi masyarakat.

Baca juga: MUI Lumajang Bolehkan Sound Horeg Asalkan Tidak Ganggu Kepentingan Umum

Menurutnya, masyarakat di Desa Bades, sangat antusias menunggu pertunjukan sound horeg.

Bahkan, kata Indra, warga rela menabung selama setahun untuk mendatangkan sound horeg pada gelaran karnaval tahun depan.

"Sound horeg itu hiburan untuk warga desa, tiap ada karnaval warga sudah nabung untuk karnaval setelahnya, karena senang, biar pun banyak kaca pecah genteng mlorot (jatuh) tapi masyarakat senang," kata Indra di Lumajang, Kamis (17/7/2025).

Baca juga: Tanggapi Fatwa Haram MUI soal Sound Horeg, Wali Kota Blitar: Di Sini Masih Kondusif

Senada dengan Indra, Abdul Kholik, warga Desa Sememu, Kecamatan Pasirian, juga menyatakan kesenangannya dengan adanya sound horeg.

Menurut Kholik, meski warga harus rela patungan untuk mendatangkan sound horeg, tapi rasa kepuasan yang diinginkan warga dengan sound horeg tercapai.

"Saya pribadi senang, warga yang pro-kontra hanya sebagian, orang rela urunan untuk menabung karena orang-orang senang, kepuasannya itu yang mahal," terang Kholik.

Berbeda dengan Kholik dan Indra, Dian Agustin, warga Desa Condro, Kecamatan Pasirian, mengaku kurang setuju dengan adanya sound horeg.

Sebab, menurut Dian, keberadaan sound horeg dengan suara yang ekstrem sangat mengganggu karena bisa merusak rumah dan pendengaran.

"Kalau saya kurang setuju, sound horeg mengganggu, bisa merusak rumah, merusak pendengaran, saya enggak setuju," ujar Dian.

Aldi, warga Desa Nguter juga mengungkapkan kegelisahannya tentang sound horeg.

Alasannya serupa dengan Dian, yakni keberadaan sound horeg dianggap merusak rumah seperti kaca, genteng, hingga tembok rumah.

"Saya kurang setuju karena suaranya mengganggu pendengaran, seperti kayak atap rumah retak, genteng, kaca rusak kadang sampai dikasih solasi agar tidak pecah," ungkap Aldi.

Sementara, Pemerintah Kabupaten Lumajang sampai saat ini belum mengeluarkan aturan pasti terkait sound horeg.

Terbaru, MUI Kabupaten Lumajang membolehkan sound horeg dengan catatan tidak mengganggu kepentingan umum.

"Sound horeg boleh, tidak dilarang, tentu dengan syarat tidak mengganggu kepentingan umum," ujar Ketua MUI Lumajang KH. Achmad Hanif.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau