SURABAYA, KOMPAS.com - Pada Hari Raya Idul Adha, masyarakat biasanya mengonsumsi daging kurban, terutama daging sapi dan kambing, dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan hari biasa.
Namun, penting untuk memperhatikan kesehatan hewan, kualitas daging, serta cara pengolahan agar daging kurban aman untuk dikonsumsi.
Salah satu penyakit yang jarang diketahui masyarakat namun dapat berdampak serius pada kesehatan hewan kurban adalah distomatosis atau penyakit cacing hati.
Hal ini diungkapkan oleh Aditya Yudhana drh M Si, dari Kedokteran Hewan Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Baca juga: Hewan Kurban Berpotensi Mencemari Lingkungan, Ini Tips dari Pakar
Aditya menjelaskan bahwa distomatosis adalah infeksi parasit yang menyerang organ hati hewan ruminansia seperti sapi dan kambing.
Penyakit ini disebabkan oleh cacing trematoda, salah satunya jenis Fasciola hepatica, yang dapat merusak hati dan mengganggu fungsi pencernaan.
Akibatnya, kualitas daging kurban bisa menurun, dan daging yang terkontaminasi dapat berisiko bagi kesehatan manusia.
Lebih lanjut, Aditya menekankan bahwa penyakit cacing hati berdampak besar pada performa produksi ternak, khususnya sapi.
Infeksi cacing Fasciola menyebabkan penyerapan nutrisi dari tubuh hewan ternak menurun secara signifikan.
“Cacing hati merupakan endoparasit yang menyerap nutrisi dari dalam tubuh inang. Semakin banyak jumlah cacingnya, semakin besar pula nutrisi yang hilang, hingga menyebabkan malanutrisi,” ujarnya, Kamis (5/6/2025).
Baca juga: 24.364 Ekor Hewan Kurban di Kabupaten Bandung Layak, 345 Ekor Dinyatakan Sakit
Pada sapi perah, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan produksi susu, sementara pada sapi potong, bobot daging yang dihasilkan dapat menurun drastis, yang tentunya mempengaruhi nilai ekonomi hewan tersebut.
Sapi yang terinfeksi dapat dikenali melalui nilai body condition scoring (BCS).
Nilai BCS pada sapi sehat umumnya berkisar antara 3 hingga 5, sedangkan sapi yang terjangkit cacing hati akan mengalami penurunan nilai hingga 1 atau 2.
“Selain tampak kurus dengan struktur tulang menonjol, rambut sapi juga terlihat kusam. Dalam kondisi parah bisa terjadi anemia, ditandai dengan gusi atau selaput mata yang pucat,” tuturnya.
Meskipun daging sapi yang terjangkit penyakit ini masih dianggap aman untuk dikonsumsi, Aditya menegaskan bahwa parasit tersebut tidak hidup di jaringan otot atau daging.