Namun, penting untuk memperhatikan kesehatan hewan, kualitas daging, serta cara pengolahan agar daging kurban aman untuk dikonsumsi.
Salah satu penyakit yang jarang diketahui masyarakat namun dapat berdampak serius pada kesehatan hewan kurban adalah distomatosis atau penyakit cacing hati.
Hal ini diungkapkan oleh Aditya Yudhana drh M Si, dari Kedokteran Hewan Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Aditya menjelaskan bahwa distomatosis adalah infeksi parasit yang menyerang organ hati hewan ruminansia seperti sapi dan kambing.
Penyakit ini disebabkan oleh cacing trematoda, salah satunya jenis Fasciola hepatica, yang dapat merusak hati dan mengganggu fungsi pencernaan.
Akibatnya, kualitas daging kurban bisa menurun, dan daging yang terkontaminasi dapat berisiko bagi kesehatan manusia.
Lebih lanjut, Aditya menekankan bahwa penyakit cacing hati berdampak besar pada performa produksi ternak, khususnya sapi.
Infeksi cacing Fasciola menyebabkan penyerapan nutrisi dari tubuh hewan ternak menurun secara signifikan.
“Cacing hati merupakan endoparasit yang menyerap nutrisi dari dalam tubuh inang. Semakin banyak jumlah cacingnya, semakin besar pula nutrisi yang hilang, hingga menyebabkan malanutrisi,” ujarnya, Kamis (5/6/2025).
Pada sapi perah, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan produksi susu, sementara pada sapi potong, bobot daging yang dihasilkan dapat menurun drastis, yang tentunya mempengaruhi nilai ekonomi hewan tersebut.
Sapi yang terinfeksi dapat dikenali melalui nilai body condition scoring (BCS).
Nilai BCS pada sapi sehat umumnya berkisar antara 3 hingga 5, sedangkan sapi yang terjangkit cacing hati akan mengalami penurunan nilai hingga 1 atau 2.
“Selain tampak kurus dengan struktur tulang menonjol, rambut sapi juga terlihat kusam. Dalam kondisi parah bisa terjadi anemia, ditandai dengan gusi atau selaput mata yang pucat,” tuturnya.
Meskipun daging sapi yang terjangkit penyakit ini masih dianggap aman untuk dikonsumsi, Aditya menegaskan bahwa parasit tersebut tidak hidup di jaringan otot atau daging.
“Cacing ini memiliki predileksi pada saluran empedu di dalam hati, bukan di daging. Bahkan jika cacing dewasa tidak sengaja termakan, tidak akan menyebabkan infeksi pada manusia,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa pemeriksaan hewan kurban, terutama bagian hati, menjadi sangat penting sebelum penyembelihan.
Meskipun daging terlihat sehat dan aman dikonsumsi, bagian hati yang terinfeksi harus segera dibuang atau dipotong sebagian.
“Bagian hati yang normal masih aman dikonsumsi. Tapi yang terinfeksi sebaiknya dihilangkan untuk mencegah konsumsi jaringan rusak,” ucapnya.
Untuk memastikan keamanan konsumsi, Aditya menyarankan masyarakat agar memilih daging yang memenuhi prinsip ASUH, yakni Aman, Sehat, Utuh, dan Halal.
“Daging segar ditandai dengan warna merah cerah, lemak kekuningan, tekstur kenyal, bau khas daging, serta tidak berlendir atau berair,” tutupnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/06/05/215525978/waspadai-penyakit-cacing-hati-pada-hewan-kurban-ini-tips-mengenalinya