Setelah kejadian itu, Ningsih kapok dan tidak lagi menerima orderan di atas jam 19.00. “Selain rawan ketemu setan, rawan juga ketemu begal,” ucapnya sedikit tertawa.
Ojol perempuan lainnya, kawan Ningsih bernama Retno, mengalami kejadian serupa.
Jalan yang dia lewati mendadak tidak terdeteksi oleh maps.
“Waktu itu jam 21.00, habis nganter customer, saya pas balik malah muter-muter ke daerah situ saja, sepi nggak ada orang,” tuturnya.
Baca juga: Demonstran Ojol: Bu Khofifah Jangan Hanya di Dalam Saja, Kami Sudah 7 Kali Demo Sampai Capek
Saat kebingungan mencari jalan, Retno merasa ditegur oleh seorang kakek-kakek yang menaiki sepeda ontel.
Kakek itu memberi tahu arah jalan keluar.
“Ketemu Mbah-mbah, kakek, bilang ke saya jangan ke sana, lewat sana saja,” ucap Retno sembari memperagakan gerakan si kakek.
Setelah melihat arah yang ditunjukkan si kakek, Retno menoleh lagi ke arah si kakek yang berada di belakangnya untuk mengucapkan terima kasih.
Namun, menurut Retno, kakek tersebut sudah tidak ada.
“Pas saya bilang makasih, dia enggak ada. Saya sampai ngompol, langsung pergi, takut,” tuturnya.
Hari ini, sejumlah pengemudi ojol menggelar demo di Surabaya dan sejumlah kota lainnya. Mereka memprotes pembayaran tarif yang tidak sesuai dan pendapatan mereka yang semakin sedikit.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang