Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pasutri Penjual Pentol asal Ngawi Naik Haji, Nabung Rp 10.000 Setiap Hari Selama 21 Tahun

Kompas.com, 17 Mei 2025, 13:48 WIB
Muhlis Al Alawi,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

NGAWI, KOMPAS.com - Kendati hanya berjualan pentol corah, pasangan suami istri asal Desa Jogorogo, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur tak pernah menyerah untuk mewujudkan impian menunaikan ibadah haji.

Berbekal tekun dan sabar, Sumino (50) dan Nur Hasanah (56), penjual pentol corah keliling yang berasal dari Kabupaten Ngawi akhirnya berhasil mewujudkan impiannya naik haji ke Tanah Suci tahun ini.

Baca juga: Kisah Satumi, Nenek 94 Tahun Calon Haji Tertua di Pasuruan yang Masih Bugar Tanpa Kacamata

Sumino tak dapat menahan rasa haru. kerinduannya berhaji bersama istri ke tanah suci akhirnya terlaksana.

Selama 21 tahun, ia bersama istrinya berjibaku berjualan pentol corah dan gorengan mulai dari keliling di jalan hingga akhirnya mangkal berjualan di depan Kantor Polsek Jogorogo.

Bagi Sumino, keberangkatannya naik haji merupakan panggilan dari Allah SWT.

Terlebih dirinya hanyalah seorang penjual pentol corah yang omsetnya hanya cukup untuk menyambung hidup bagi keluarganya.

" Saya tidak punya apa-apa. Tapi Allah Maha tahu akhirnya kami dipanggil juga untuk beribadah haji,” ujar Sumino, Jumat (16/5/2025).

Sisihkan Rp 10.000 selama 21 tahun

Sumino bercerita, dirinya mulai berjualan pentol sejak 21 silam atau tahun 2004. Ia berjulan pentol corah mulai dari keliling dengan sepeda motor hingga akhirnya saat ini mangkal di pinggil Jalan Jogorogo - Ngawi depan kantor Polsek Jogorogo.

Meski hanya berjualan pentol keliling, Sumino tak ciut nyali.

Bersama istrinya, Sumino memiliki mimpi berhaji meski hanya bermodal menyisihkan uang paling sedikit Rp 10.000 setiap harinya.

Delapan tahun mengumpulkan uang, Sumino akhirnya dapat mendaftarkan haji pada tahun 2012. Dan tiga belas tahun kemudian, pasutri itu akhirnya berangkat naik haji pada tahun ini.

"Saya setiap hari kami menabung minimal Rp 10.000. Meski sedikit, alhamdulillah uang bisa terkumpul dan kami dapat berangkat naik haji,” tutur Sumino.

Untuk mengumpulkan uang berangkat naik haji, Sumino pun harus berhadapan dengan berbagai cobaan. Ia bersama istrinya harus pandai mengelola keuangan lantaran harus menghidupi lima anaknya.

Pasaturi Sumino dan Nur Hasanah warga Desa Jogorogo, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur sedang memasak pentol corah dan aneka gorengan yang akan dijual di depan Kantor Polsek Jogorogo. Pasutri ini berhasil naik haji tahun ini, setelah nabung Rp 10.000 selama 21 tahun.KOMPAS.com/MUHLIS AL ALAWI Pasaturi Sumino dan Nur Hasanah warga Desa Jogorogo, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur sedang memasak pentol corah dan aneka gorengan yang akan dijual di depan Kantor Polsek Jogorogo. Pasutri ini berhasil naik haji tahun ini, setelah nabung Rp 10.000 selama 21 tahun.

Perjuangan setiap hari

Sumino saat ini tinggal di rumah sederhana bersama istri dan lima anaknya. Untuk memasak pentol corah, Sumino menggunakan tungku kayu bakar.

Setiap hari, Sumino menghabiskan lima hingga sepuluh kilogram tepung terigu untuk membuat pentol corah. Prosesnya pun dilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu yang lama dan menguras banyak tenaga.

Baca juga: Cerita Mbah Manan, Jemaah Haji Tertua yang Jadi Bendahara Bank Desa dengan Aset Rp 2,5 M

"Kami sudah puluhan tahun membuat pentol dengan cara tradisional. Kami bersyukur bisa menjalaninya setiap hari. Dan dari hasil jualan pentol alhamadulillah sekarang kami bisa berangkat haji. Saya pun sampai menangis karena bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada keluarga kami,” kata Nur Hasanah.

Berkat kerja keras dan ketekunan, jerih payah Sumino dan Nur Hasanah kini menuai hasil manis. Perjuangan melawan terik panas matahari dan guyuran hujan saat musim penghujan menjadikan uang yang dikumpulkan dapat digunakan menunaikan ibadah haji di tanah suci.

Jelang keberangkatan pada 17 Mei mendatang, pasangan itu tetap berdagang seperti biasa, sambil menyiapkan perlengkapan ibadah.

Dari gerobak sederhana mereka telah membuktikan, bahwa dengan sabar, tekun, dan doa yang tak putus, impian sebesar haji pun bisa dicapai dari jalan yang sederhana.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau