Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Pelecehan Penari Jathil Minta Maaf kepada Korban dan Seniman Reog Ponorogo

Kompas.com, 14 Mei 2025, 05:21 WIB
Sukoco,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

PONOROGO, KOMPAS.com – Kasus pelecehan terhadap penari jathil yang terjadi pada Senin (11/5) malam di Desa Tugurejo, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, telah diselesaikan secara damai di Polsel Sawoo.

Pelaku, Djemono, mendatangi sesepuh tokoh seniman reog Ponorogo, Mbah Pur, panggilan Purnomo, di Jalan Puspowarno, Kelurahan Mangkujayan, Kabupaten Ponorogo.

Ia meminta maaf kepada korban dan seluruh seniman reog Ponorogo.

Dalam pertemuan tersebut, yang juga dihadiri oleh pihak kepolisian dan Nuzulul sebagai korban, Djemono mengakui kesalahannya.

Baca juga: Viral, Penari Jathil Diduga Dilecehkan Saat Gelaran Reog Ponorogo

Ia menyatakan bahwa tindakan pelecehan yang dilakukannya, yaitu memegang bagian terlarang korban saat menari, dipicu oleh pengaruh minuman keras.

"Saya ceroboh, saya minta maaf. Saya tidak kontrol karena pengaruh miras," ungkapnya pada Selasa (13/5/2025).

Djemono tidak hanya meminta maaf kepada Nuzulul, tetapi juga kepada seluruh seniman reog Ponorogo. Ia berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.

"Saya juga minta maaf kepada seluruh seniman reog Ponorogo dan saya berjanji tidak mengulangi kembali," imbuhnya.

Video berdurasi 2 menit di akun media sosial @ponorogo.update yang memperlihatkan seorang penonton pagelaran Reog Ponorogo mencolek bagian terlarang pemain jathilan viral di media sosial di Kabupetan Ponorogo. Setelah di colek oleh penonton, pemain jathilan tersebut menghentikan tarian dan memprotes tindakan tidak terpuji yang dilakukan penonton.Tangkapan layar Video berdurasi 2 menit di akun media sosial @ponorogo.update yang memperlihatkan seorang penonton pagelaran Reog Ponorogo mencolek bagian terlarang pemain jathilan viral di media sosial di Kabupetan Ponorogo. Setelah di colek oleh penonton, pemain jathilan tersebut menghentikan tarian dan memprotes tindakan tidak terpuji yang dilakukan penonton.

Nuzulul, selaku penari jathil yang menjadi korban pelecehan, mengaku memilih penyelesaian secara kekeluargaan.

Ia menekankan pentingnya kesepakatan bahwa pelaku tidak akan mengulangi perbuatannya.

"Kejadian ini menjadi pembelajaran bersama. Jathil lainnya tidak usah takut karena kita adalah pelestari budaya," ujarnya, sambil mendorong penari jathil lainnya untuk berani melapor jika mengalami perlakuan serupa.

Sementara itu, Hari Purnomo, tetua seniman reog Ponorogo, menegaskan pentingnya klarifikasi yang dilakukan agar kedua belah pihak bisa berdamai.

Baca juga: Pelaku Minta Maaf, Kasus Pelecehan Penari Jathil Reog Ponorogo Berakhir Damai

Ia berharap kejadian serupa tidak terulang agar kesenian reog Ponorogo dapat berkembang dengan lebih baik.

"Kita klarifikasi dan permasalahan ini diselesaikan secara damai. Harapannya kejadian ini jangan sampai terulang lagi," tuturnya.

Sebelumnya, video yang menunjukkan tindakan tidak pantas dari seorang penonton terhadap penari jathil saat pagelaran reog di Desa Tugurejo viral di media sosial, memicu perhatian dan kecaman masyarakat.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau