Pelaku, Djemono, mendatangi sesepuh tokoh seniman reog Ponorogo, Mbah Pur, panggilan Purnomo, di Jalan Puspowarno, Kelurahan Mangkujayan, Kabupaten Ponorogo.
Ia meminta maaf kepada korban dan seluruh seniman reog Ponorogo.
Dalam pertemuan tersebut, yang juga dihadiri oleh pihak kepolisian dan Nuzulul sebagai korban, Djemono mengakui kesalahannya.
Ia menyatakan bahwa tindakan pelecehan yang dilakukannya, yaitu memegang bagian terlarang korban saat menari, dipicu oleh pengaruh minuman keras.
"Saya ceroboh, saya minta maaf. Saya tidak kontrol karena pengaruh miras," ungkapnya pada Selasa (13/5/2025).
Djemono tidak hanya meminta maaf kepada Nuzulul, tetapi juga kepada seluruh seniman reog Ponorogo. Ia berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.
"Saya juga minta maaf kepada seluruh seniman reog Ponorogo dan saya berjanji tidak mengulangi kembali," imbuhnya.
Nuzulul, selaku penari jathil yang menjadi korban pelecehan, mengaku memilih penyelesaian secara kekeluargaan.
Ia menekankan pentingnya kesepakatan bahwa pelaku tidak akan mengulangi perbuatannya.
"Kejadian ini menjadi pembelajaran bersama. Jathil lainnya tidak usah takut karena kita adalah pelestari budaya," ujarnya, sambil mendorong penari jathil lainnya untuk berani melapor jika mengalami perlakuan serupa.
Sementara itu, Hari Purnomo, tetua seniman reog Ponorogo, menegaskan pentingnya klarifikasi yang dilakukan agar kedua belah pihak bisa berdamai.
Ia berharap kejadian serupa tidak terulang agar kesenian reog Ponorogo dapat berkembang dengan lebih baik.
"Kita klarifikasi dan permasalahan ini diselesaikan secara damai. Harapannya kejadian ini jangan sampai terulang lagi," tuturnya.
Sebelumnya, video yang menunjukkan tindakan tidak pantas dari seorang penonton terhadap penari jathil saat pagelaran reog di Desa Tugurejo viral di media sosial, memicu perhatian dan kecaman masyarakat.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/14/052130078/pelaku-pelecehan-penari-jathil-minta-maaf-kepada-korban-dan-seniman-reog