Kios yang berbentuk gerobak berukuran 1x2 meter itu ia ibaratkan seperti kantor.
Karena di situ, ia banyak menghabiskan waktu sehari-harinya.
Sementara itu, sang istri juga sibuk membuat jajan gorengan, mulai dari pisang goreng, ote-ote, tahu goreng hingga tempe goreng bersama keponakannya.
“Hampir tiap hari saya menghabiskan waktu di kios ini. Pagi setelah subuh mulai buka, siang tutup. Sedangkan istri saya berjualan gorengan itu," katanya sambil menunjuk kios istrinya yang bersebelahan.
Ia mengakui, usaha menjual koran tidak seperti era tahun 2000-an.
Jumlah pelanggan yang berlangganan serta peminat koran sangat tinggi.
Bahkan, puncaknya di tahun 2015, ia mampu melayani setiap harinya hingga 400 eksemplar koran.
Namun kini, jumlah tersebut turun drastis dengan hadirnya koran elektronik maupun media sosial.
"Dulu ramai pelanggan, seiring waktu eksistensi koran kian tidak diminati karena sudah beralih ke era digital," katanya.
Baca juga: Rahasia Panjang Umur Marhamah, Jemaah Haji Berusia 104 Tahun Asal Pamekasan
Meski di tengah merosotnya peminat koran, niat bulat untuk berangkat haji pun tetap diperjuangkan.
Mobil yang menjadi salah satu aset sisa usaha menjual koran dan gorengan harus rela dijual untuk melunasi Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih).
"Kesempatan haji tidak semua orang bisa. Apalagi saya sudah mendaftar dan menunggu 13 tahun. Ya tidak masalah kalau harus menjual mobil, toh untuk beribadah juga," ujar Puriyanti dengan senyum.
Bagi mereka, perjalanan ibadah haji bukan hanya menjalankan dan menunaikan rukun Islam.
Namun, perjalanan spiritual itu mengajarkan kesungguhan dalam meniti kesabaran dan keikhlasan.
"Kami berdua ingin menikmati dan merasakan betapa indahnya merelakan waktu, tenaga, dan harta untuk menyempurnakan sebagai seorang muslim," katanya.
Kabar berangkatnya pasangan Kasiadi dan Puriyanti, warga Kelurahan Gentong, Kecamatan Gadingrejo ini, banyak mendapatkan respons positif dari warga Kota Pasuruan.
Abdullah Fahmi, salah satu pembimbing sekaligus Ketua KBIHU Assalam, mengatakan, semangat spiritualitas Kasiadi dan istrinya patut dicontoh.
Meski dengan kehidupan yang sederhana, tekad menyempurnakan sebagai seorang muslim untuk ibadah haji sangat ia perjuangkan.
"Haji itu tidak semua orang bisa melaksanakan. Kaya atau punya uang banyak, belum tentu punya kesempatan untuk berangkat. Jadi harus niat dan harus diperjuangkan atau diusahakan dengan sungguh-sungguh, seperti Pak Kasiadi itu luar biasa," katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang