Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Berjualan Koran dan Gorengan, Kasiadi serta Istri Akhirnya Naik Haji

Kompas.com, 2 Mei 2025, 10:54 WIB
Moh. Anas,
Icha Rastika

Tim Redaksi

PASURUAN, KOMPAS.com - Pagi itu, Mohamad Kasiadi (68) terlihat sibuk menata tumpukan koran yang baru datang di kios miliknya, di Jalan Hayam Wuruk, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan.

Satu per satu, Kasiadi memilah jenis koran untuk dipajang.

Sesekali ia juga menyapa warga yang biasa melintas di kawasan yang ramai itu.

"Pagi Pak, monggo," kata dia diiringi senyum lembutnya, Jumat (02/05/2025).

Tak jauh dari kios koran, Puriyanti Rahayu (68), istri Kasiadi, juga menata sejumlah peralatan penggorengan dari gerobak.

Baca juga: Telur Gulung Akhirnya Mengantarkan Zainudin Naik Haji

Mulai dari wajan, spatula, tatakan tepung hingga kompor elpiji ukuran 3 kilogram.

Meski tampak sederhana, pasangan suami istri yang ini merasa sangat bahagia karena keduanya tercatat sebagai calon jemaah haji yang berangkat tahun 2025.

Keduanya tergabung di kloter 90 dengan keberangkatan dari Bandara Juanda Surabaya pada 29 Mei 2025 ke Makkah.

"Sedangkan tanggal 28 Mei mendatang ini saya dan istri masuk asrama haji Sukolilo Surabaya," katanya.

Di benaknya, bapak tiga anak ini tidak menyangka akan berkesempatan untuk menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima, yakni menunaikan ibadah haji.

Kasiadi mengawali usaha sampingan menjadi loper koran sejak tahun 1980.

Dengan sangat sabar, ia harus menyisihkan uang untuk ditabung.

Sebab, saat itu ia hanya menjadi buruh pabrik.

Baca juga: Jemaah Haji Kloter Pertama Berangkat ke Tanah Suci, Ini Sejumlah Faktanya

Berkat keuletannya, ia mampu mendaftar dan mendapatkan nomor porsi haji pada tahun 2012 lalu bersama istrinya dengan total biaya Rp 50 juta.

"Karena saya yakin dan percaya jika orang sabar dan ulet pasti ada jalan untuk mencapai cita-citanya," ujarnya.

Kios yang berbentuk gerobak berukuran 1x2 meter itu ia ibaratkan seperti kantor.

Karena di situ, ia banyak menghabiskan waktu sehari-harinya.

Puriyanti Rahayu (68), penjual gorengan asal Kota Pasuruan yang berangkat haji bersama suaminya M. Kasiadi yang berprofesi sebagai penjual koran. Kompas.com/MOH.ANAS Puriyanti Rahayu (68), penjual gorengan asal Kota Pasuruan yang berangkat haji bersama suaminya M. Kasiadi yang berprofesi sebagai penjual koran.

Sementara itu, sang istri juga sibuk membuat jajan gorengan, mulai dari pisang goreng, ote-ote, tahu goreng hingga tempe goreng bersama keponakannya.

“Hampir tiap hari saya menghabiskan waktu di kios ini. Pagi setelah subuh mulai buka, siang tutup. Sedangkan istri saya berjualan gorengan itu," katanya sambil menunjuk kios istrinya yang bersebelahan.

Ia mengakui, usaha menjual koran tidak seperti era tahun 2000-an.

Jumlah pelanggan yang berlangganan serta peminat koran sangat tinggi.

Bahkan, puncaknya di tahun 2015, ia mampu melayani setiap harinya hingga 400 eksemplar koran.

Namun kini, jumlah tersebut turun drastis dengan hadirnya koran elektronik maupun media sosial.

"Dulu ramai pelanggan, seiring waktu eksistensi koran kian tidak diminati karena sudah beralih ke era digital," katanya.

Baca juga: Rahasia Panjang Umur Marhamah, Jemaah Haji Berusia 104 Tahun Asal Pamekasan

Meski di tengah merosotnya peminat koran, niat bulat untuk berangkat haji pun tetap diperjuangkan.

Mobil yang menjadi salah satu aset sisa usaha menjual koran dan gorengan harus rela dijual untuk melunasi Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih).

"Kesempatan haji tidak semua orang bisa. Apalagi saya sudah mendaftar dan menunggu 13 tahun. Ya tidak masalah kalau harus menjual mobil, toh untuk beribadah juga," ujar Puriyanti dengan senyum.

Bagi mereka, perjalanan ibadah haji bukan hanya menjalankan dan menunaikan rukun Islam.

Namun, perjalanan spiritual itu mengajarkan kesungguhan dalam meniti kesabaran dan keikhlasan.

"Kami berdua ingin menikmati dan merasakan betapa indahnya merelakan waktu, tenaga, dan harta untuk menyempurnakan sebagai seorang muslim," katanya.

Kabar berangkatnya pasangan Kasiadi dan Puriyanti, warga Kelurahan Gentong, Kecamatan Gadingrejo ini, banyak mendapatkan respons positif dari warga Kota Pasuruan.

Abdullah Fahmi, salah satu pembimbing sekaligus Ketua KBIHU Assalam, mengatakan, semangat spiritualitas Kasiadi dan istrinya patut dicontoh.

Meski dengan kehidupan yang sederhana, tekad menyempurnakan sebagai seorang muslim untuk ibadah haji sangat ia perjuangkan.

"Haji itu tidak semua orang bisa melaksanakan. Kaya atau punya uang banyak, belum tentu punya kesempatan untuk berangkat. Jadi harus niat dan harus diperjuangkan atau diusahakan dengan sungguh-sungguh, seperti Pak Kasiadi itu luar biasa," katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau