Salin Artikel

Dari Berjualan Koran dan Gorengan, Kasiadi serta Istri Akhirnya Naik Haji

Satu per satu, Kasiadi memilah jenis koran untuk dipajang.

Sesekali ia juga menyapa warga yang biasa melintas di kawasan yang ramai itu.

"Pagi Pak, monggo," kata dia diiringi senyum lembutnya, Jumat (02/05/2025).

Tak jauh dari kios koran, Puriyanti Rahayu (68), istri Kasiadi, juga menata sejumlah peralatan penggorengan dari gerobak.

Mulai dari wajan, spatula, tatakan tepung hingga kompor elpiji ukuran 3 kilogram.

Meski tampak sederhana, pasangan suami istri yang ini merasa sangat bahagia karena keduanya tercatat sebagai calon jemaah haji yang berangkat tahun 2025.

Keduanya tergabung di kloter 90 dengan keberangkatan dari Bandara Juanda Surabaya pada 29 Mei 2025 ke Makkah.

"Sedangkan tanggal 28 Mei mendatang ini saya dan istri masuk asrama haji Sukolilo Surabaya," katanya.

Di benaknya, bapak tiga anak ini tidak menyangka akan berkesempatan untuk menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima, yakni menunaikan ibadah haji.

Kasiadi mengawali usaha sampingan menjadi loper koran sejak tahun 1980.

Dengan sangat sabar, ia harus menyisihkan uang untuk ditabung.

Sebab, saat itu ia hanya menjadi buruh pabrik.

Berkat keuletannya, ia mampu mendaftar dan mendapatkan nomor porsi haji pada tahun 2012 lalu bersama istrinya dengan total biaya Rp 50 juta.

"Karena saya yakin dan percaya jika orang sabar dan ulet pasti ada jalan untuk mencapai cita-citanya," ujarnya.

Kios yang berbentuk gerobak berukuran 1x2 meter itu ia ibaratkan seperti kantor.

Karena di situ, ia banyak menghabiskan waktu sehari-harinya.

Sementara itu, sang istri juga sibuk membuat jajan gorengan, mulai dari pisang goreng, ote-ote, tahu goreng hingga tempe goreng bersama keponakannya.

“Hampir tiap hari saya menghabiskan waktu di kios ini. Pagi setelah subuh mulai buka, siang tutup. Sedangkan istri saya berjualan gorengan itu," katanya sambil menunjuk kios istrinya yang bersebelahan.

Ia mengakui, usaha menjual koran tidak seperti era tahun 2000-an.

Jumlah pelanggan yang berlangganan serta peminat koran sangat tinggi.

Bahkan, puncaknya di tahun 2015, ia mampu melayani setiap harinya hingga 400 eksemplar koran.

Namun kini, jumlah tersebut turun drastis dengan hadirnya koran elektronik maupun media sosial.

"Dulu ramai pelanggan, seiring waktu eksistensi koran kian tidak diminati karena sudah beralih ke era digital," katanya.

Meski di tengah merosotnya peminat koran, niat bulat untuk berangkat haji pun tetap diperjuangkan.

Mobil yang menjadi salah satu aset sisa usaha menjual koran dan gorengan harus rela dijual untuk melunasi Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih).

"Kesempatan haji tidak semua orang bisa. Apalagi saya sudah mendaftar dan menunggu 13 tahun. Ya tidak masalah kalau harus menjual mobil, toh untuk beribadah juga," ujar Puriyanti dengan senyum.

Bagi mereka, perjalanan ibadah haji bukan hanya menjalankan dan menunaikan rukun Islam.

Namun, perjalanan spiritual itu mengajarkan kesungguhan dalam meniti kesabaran dan keikhlasan.

"Kami berdua ingin menikmati dan merasakan betapa indahnya merelakan waktu, tenaga, dan harta untuk menyempurnakan sebagai seorang muslim," katanya.

Abdullah Fahmi, salah satu pembimbing sekaligus Ketua KBIHU Assalam, mengatakan, semangat spiritualitas Kasiadi dan istrinya patut dicontoh.

Meski dengan kehidupan yang sederhana, tekad menyempurnakan sebagai seorang muslim untuk ibadah haji sangat ia perjuangkan.

"Haji itu tidak semua orang bisa melaksanakan. Kaya atau punya uang banyak, belum tentu punya kesempatan untuk berangkat. Jadi harus niat dan harus diperjuangkan atau diusahakan dengan sungguh-sungguh, seperti Pak Kasiadi itu luar biasa," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/02/105438078/dari-berjualan-koran-dan-gorengan-kasiadi-serta-istri-akhirnya-naik-haji

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com