LUMAJANG, KOMPAS.com - Kasus asusila yang menimpa siswi di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, cukup mengkhawatirkan.
Setelah kasus seorang guru olahraga di Kecamatan Tempursari yang video call siswi kelas 6 SD sambil menunjukkan alat kelaminnya, kasus tak terpuji oknum pendidik kembali terungkap.
Kali ini, korbannya adalah siswi kelas 1 di salah satu SMP negeri di Lumajang. Tidak hanya pelecehan seksual secara visual, tetapi sudah sampai sentuhan fisik.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang Nugraha Yudha mengungkapkan, pelaku pelecehan adalah seorang guru di SDN Banyuputih Lor 2 bernama Didik Cahyo Jumaedi.
Namun, ia mengajar drumband di SMP itu.
Baca juga: Lewat Video Call, Oknum Guru SD di Lumajang Diduga Lecehkan Muridnya
Selain menjadi guru SD, Didik juga merangkap sebagai guru ekstrakurikuler drumband di beberapa sekolah di Lumajang.
Profesi sebagai guru ekstrakurikuler itu yang kemudian dimanfaatkan Didik untuk melakukan pelecehan seksual kepada para siswi.
"Saya dapat laporan dari kepala sekolah ada siswinya yang menjadi korban pelecehan seksual, kejadiannya sebelum Lebaran masih puasaan kemarin," ungkap Yudha di Lumajang, Rabu (16/4/2025).
Salah satu korban diketahui berinisil R (14) siswi SMP negeri di Lumajang. Ia diajak keluar oleh pelaku dengan iming-iming akan dibelikan handphone baru.
Saat itu, korban dijemput pelaku di sekitar rumahnya sekira pukul 20.00 WIB dan dibawa ke rumah pelaku di Kelurahan Jogoyudan.
"Korban ini dijemput jam 8 malam dibawa ke rumah pelaku dan dipulangkan jam 12 malam, bentuk pelecehannya sudah fisik, tapi sejauh apa masih perlu visum," katanya.
Baca juga: Guru Ngaji di Garut Cabuli 17 Anak Laki-laki, Mengaku Jadi Korban Pelecahan Saat Kecil
Dindikbud Lumajang sudah memanggil Didik untuk dimintai keterangan perihal laporan tersebut.
Menurut Yudha, yang bersangkutan mengakui semua perbuatannya.
"Sudah kami panggil kita mintai keterangan dan yang bersangkutan mengakui semuanya," ujar dia.
Yudha menyampaikan, saat ini jumlah korban pelecehan yang sudah diketahui ada 6 siswi.
Rata-rata korban adalah mayoret dalam grup drumband yang dilatih pelaku.
Namun, jumlah korban pelecehan, kata Yudha, masih mungkin bertambah mengingat pelaku melatih drumband di 30 sekolah yang ada di Lumajang.
"Informasi sementara ada 6 korban, tapi ini masih kita dalami, rata-rata korbannya mayoret, sedangkan jumlah lembaga yang diampu pelaku ini ada 30, jadi mungkin masih bisa berkembang," kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang