Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebaran di Negeri Tanpa Takbir, Begini Cerita Haru Perantau Malang di Jerman

Kompas.com, 1 April 2025, 07:33 WIB
Suci Rahayu,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bagi banyak perantau, Lebaran merupakan momen yang paling berat untuk dijalani ketika jauh dari keluarga.

Hal ini juga dirasakan oleh Trias Rayu Trissetia, seorang perempuan asal Kota Malang yang kini tinggal di Jerman.

Tahun 2025 menjadi tahun ketiganya merayakan Hari Raya Idul Fitri di negeri orang, dan setiap tahunnya membawa cerita serta emosi yang berbeda.

Pada tahun pertama merayakan Lebaran di Jerman, Trias merasakan kesepian yang mendalam. "Aku merasa sangat sedih karena sendiri, nggak ngapa-ngapain, dan belum kenal siapa-siapa di sini," kenangnya kepada Kompas.com pada Senin (31/3/2025) malam.

Baca juga: Pemkot Prediksi 1 Juta Wisatawan Datang ke Bandung Saat Libur Lebaran

Tidak ada suara takbir menggema, tidak ada keluarga yang menyambut pagi dengan senyum hangat, dan tidak ada agenda khas yang biasa dijalani bersama orang-orang tercinta di Indonesia.

Namun, situasi berubah di tahun kedua dan ketiganya.

Trias mulai berkenalan dengan komunitas orang Indonesia di Jerman, yang membuat perayaan Lebarannya tidak lagi terasa sepi.

"Lebaran tahun kedua sangat menyenangkan karena aku bisa sholat Id bareng-bareng sama orang Indonesia," ujarnya dengan penuh antusias.

Komunitas ini bahkan menyewa ruangan khusus untuk menggelar sholat Idul Fitri bersama, serta mengadakan bazar makanan khas Indonesia dan pertunjukan budaya.

Baca juga: Sejumlah Warga di Kota Jambi Tidak Bisa Merayakan Lebaran Akibat Rumah Kebanjiran

"Ada opor, kare ayam, lontong sayur dan makanan yang benar-benar bikin kangen rumah. Rasanya seperti pulang ke kampung halaman meskipun masih di negeri orang. Mereka jadi keluarga keduaku di sini," imbuhnya.

Salah satu tantangan terbesar bagi perantau adalah menjaga komunikasi dengan keluarga di Indonesia, terutama saat momen penting seperti Lebaran.

Trias mengungkapkan bahwa perbedaan waktu antara Jerman dan Indonesia tidak menjadi masalah besar. "Di sini jam 6 pagi, di Indonesia jam 12 siang. Jadi, komunikasi tetap lancar. Kami bisa video call kapan saja, cerita-cerita, bahkan berbagi momen Lebaran meskipun dari jauh," katanya.

Teknologi menjadi penyelamat di tengah jarak ribuan kilometer.

Meskipun tidak bisa bersalaman langsung, Trias tetap merasakan kedekatan dengan keluarganya melalui layar ponselnya.

Meskipun kini ia memiliki lingkaran pertemanan yang lebih luas, Trias merasakan perbedaan yang mencolok antara Lebaran di Jerman dan di Indonesia.

Baca juga: Pawai Takbir Keliling di Banda Aceh Dilombakan, Sang Juara Raih Rp 13 Juta

"Di sini Lebaran lebih sederhana. Nggak ada suara takbir berkumandang dari masjid-masjid, nggak ada keramaian di jalan, nggak ada momen heboh beli baju baru atau bikin kue-kue Lebaran seperti di Indonesia. Rasanya lebih sepi," ujarnya.

Kini, bagi Trias, Lebaran di Jerman bukan lagi tentang kesepian, melainkan tentang menemukan keluarga baru dan membangun kebahagiaan dari hal-hal sederhana. "Meskipun jauh dari rumah, aku tetap merasa punya keluarga di sini. Kami sama-sama orang perantauan, jadi saling menguatkan dan berbagi kebahagiaan. Lebaran tetap terasa spesial, meskipun tidak seperti di Indonesia," pungkasnya.

Jauh dari tanah air memang tidak mudah, tetapi dengan hati yang terbuka dan komunitas yang solid, kebersamaan dan kebahagiaan tetap dapat ditemukan di mana pun kita berada.

Sebab, sejatinya, Lebaran bukan hanya soal tempat, tetapi tentang dengan siapa kita merayakannya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau