Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inovasi Kompor Biomassa yang Pernah Mendunia, Kini Tinggal Kenangan

Kompas.com, 25 Maret 2025, 14:46 WIB
Suci Rahayu,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Berita lama tentang kompor biomassa karya dosen Muhammad Nurhuda dari Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (UB) Malang kembali ramai diperbincangkan.

Disebut-sebut bahwa inovasi tersebut telah menembus pasar internasional dan diproduksi massal di Norwegia.

Namun, ia menegaskan bahwa informasi itu sudah tidak lagi relevan dan telah diklarifikasi sejak lama.

"Mohon maaf, itu berita tahun 2012 yang terus diulang. Saya sudah meminta agar tidak lagi ditayangkan, tetapi tetap saja muncul berulang kali. Itu tidak benar. Kami memang pernah bekerja sama dengan perusahaan PMA asal Norwegia, tapi kompor tersebut tidak diproduksi di sana," tuturnya kepada Kompas.com, Selasa (25/3/2025) siang.

Baca juga: Profesor ITS Ini Campurkan Biomassa dan Mikroplastik, Hasilnya Biofuel RON 98-102

Menurut Muhammad Nurhuda, produksi kompor ini sebenarnya sudah berhenti sejak tujuh tahun lalu, tepatnya setelah pertemuan dengan World Bank di Yogyakarta pada 2018 lalu.

"Saat itu, World Bank mengumpulkan berbagai implementasi kompor biomassa dari seluruh dunia, termasuk dari Indonesia, Kamboja, Myanmar, China, dan beberapa negara di Afrika. Hasilnya, dibandingkan dengan elpiji, kompor biomassa memang kurang efisien dan perlahan mulai tergeser," ujar Nurhuda.

Baca juga: Sepanjang 2023-2025, PLN Tanam 150.000 Pohon Biomassa untuk Dukung Transisi Energi

"Selain karena faktor efisiensi, produksi juga harus dipikirkan secara ekonomi. Kalau tidak ada keuntungan, ya untuk apa diteruskan?" tambahnya.

Selain itu, ia juga meluruskan kabar mengenai kerja sama dengan perusahaan Norwegia, bahwa produksi kompor tersebut tidak pernah dilakukan di Norwegia.

Seperti diketahui, meskipun masih aktif diproduksi, kompor biomassa ini memang cukup diminati.

Namun, seiring perkembangan teknologi dan perubahan kebutuhan pasar, produksi akhirnya dihentikan secara alami.

"Memang benar, kami pernah bermitra dengan perusahaan PMA dari Norwegia pada 2012 hingga 2017. Namun, kerja sama ini berakhir bukan karena masalah dari pihak kami, melainkan karena mereka mengalami kendala internal," kata Muhammad Nurhuda.

"Produksinya dilakukan di Surabaya, lalu dikirim ke berbagai negara dalam bentuk yang bisa dirakit ulang di tempat tujuan," lanjutnya.

Meskipun sudah tidak lagi memproduksi kompor biomassa, ia tetap menaruh perhatian besar pada pengembangan inovasi di bidang energi terbarukan.

Ia berharap klarifikasi ini bisa mengakhiri kesalahpahaman yang terus berulang dan membuka ruang diskusi yang lebih relevan mengenai solusi energi yang lebih berkelanjutan di masa depan.

"Saya percaya, inovasi harus terus berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Semoga ke depan kita bisa menghadirkan lebih banyak solusi energi yang benar-benar efektif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat," pungkas Muhammad Nurhuda.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau