Salin Artikel

Inovasi Kompor Biomassa yang Pernah Mendunia, Kini Tinggal Kenangan

MALANG, KOMPAS.com - Berita lama tentang kompor biomassa karya dosen Muhammad Nurhuda dari Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (UB) Malang kembali ramai diperbincangkan.

Disebut-sebut bahwa inovasi tersebut telah menembus pasar internasional dan diproduksi massal di Norwegia.

Namun, ia menegaskan bahwa informasi itu sudah tidak lagi relevan dan telah diklarifikasi sejak lama.

"Mohon maaf, itu berita tahun 2012 yang terus diulang. Saya sudah meminta agar tidak lagi ditayangkan, tetapi tetap saja muncul berulang kali. Itu tidak benar. Kami memang pernah bekerja sama dengan perusahaan PMA asal Norwegia, tapi kompor tersebut tidak diproduksi di sana," tuturnya kepada Kompas.com, Selasa (25/3/2025) siang.

Menurut Muhammad Nurhuda, produksi kompor ini sebenarnya sudah berhenti sejak tujuh tahun lalu, tepatnya setelah pertemuan dengan World Bank di Yogyakarta pada 2018 lalu.

"Saat itu, World Bank mengumpulkan berbagai implementasi kompor biomassa dari seluruh dunia, termasuk dari Indonesia, Kamboja, Myanmar, China, dan beberapa negara di Afrika. Hasilnya, dibandingkan dengan elpiji, kompor biomassa memang kurang efisien dan perlahan mulai tergeser," ujar Nurhuda.

"Selain karena faktor efisiensi, produksi juga harus dipikirkan secara ekonomi. Kalau tidak ada keuntungan, ya untuk apa diteruskan?" tambahnya.

Selain itu, ia juga meluruskan kabar mengenai kerja sama dengan perusahaan Norwegia, bahwa produksi kompor tersebut tidak pernah dilakukan di Norwegia.

Seperti diketahui, meskipun masih aktif diproduksi, kompor biomassa ini memang cukup diminati.

Namun, seiring perkembangan teknologi dan perubahan kebutuhan pasar, produksi akhirnya dihentikan secara alami.

"Memang benar, kami pernah bermitra dengan perusahaan PMA dari Norwegia pada 2012 hingga 2017. Namun, kerja sama ini berakhir bukan karena masalah dari pihak kami, melainkan karena mereka mengalami kendala internal," kata Muhammad Nurhuda.

"Produksinya dilakukan di Surabaya, lalu dikirim ke berbagai negara dalam bentuk yang bisa dirakit ulang di tempat tujuan," lanjutnya.

Meskipun sudah tidak lagi memproduksi kompor biomassa, ia tetap menaruh perhatian besar pada pengembangan inovasi di bidang energi terbarukan.

Ia berharap klarifikasi ini bisa mengakhiri kesalahpahaman yang terus berulang dan membuka ruang diskusi yang lebih relevan mengenai solusi energi yang lebih berkelanjutan di masa depan.

"Saya percaya, inovasi harus terus berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Semoga ke depan kita bisa menghadirkan lebih banyak solusi energi yang benar-benar efektif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat," pungkas Muhammad Nurhuda.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/03/25/144613478/inovasi-kompor-biomassa-yang-pernah-mendunia-kini-tinggal-kenangan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com