“Jadi kalau ada orang yang berpuasa, kalau kita diminta menari mengiringi itu ada kebanggaan tersendiri buat kami karena tarian ini mengungkapkan rasa sukacita,” ujarnya.
Gerakannya yang berputar-putar tanpa henti tersebut merupakan bagian dari tawaf yang dilakukan dengan penuh kekhusyukan.
Sehingga, mereka tidak mengenal pusing meski harus berputar selama 30 menit lebih.
“Tawaf atas diri sendiri. Ketika berputar-putar, seperti saat kita menaiki bus. Orang di luar bisa melihat kalau bus berjalan, tapi kita yang di dalam bus duduk tenang,” bebernya.
Ia mengaku, tidak ada ritual khusus yang harus dilakukan penari sufi seperti puasa atau semacamnya sesaat sebelum tampil.
Pikiran fokus dan hati yang tenang menjadi kuncinya.
“Tidak ada ritual khusus. Ritualnya kita menghadirkan orang-orang yang kita cintai di dalam hati, orangtua yang membesarkan kita dan guru,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang