Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zulhas Bangga Kelompok Tani Kosagrha Lestari Budidaya Berbagai Tanaman Hidroponik

Kompas.com, 10 Februari 2025, 13:18 WIB
Azwa Safrina,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) mengaku bangga dengan adanya Kelompok Tani Kosagrha Lestari yang mampu membudidayakan berbagai tanaman hidroponik, peternakan, dan perikanan.

Pantauan Kompas.com sejak pukul 07.30 WIB, para tim pengurus Kosagrha Lestari melakukan persiapan mulai dari penyiraman tanaman, pencabutan rumput, hingga pembersihan halaman. 

Sekitar pukul 08.30 WIB, kedatangan Menko Zulhas disambut oleh Kelompok Tani Kosagrha Lestari dengan yel-yel.

Baca juga: Hari Ini Pembukaan Kongres Muslimat NU VIII di Surabaya, Prabowo dan Gibran Dijadwalkan Hadir

Selanjutnya, Ketua Kelompok Tani Kosagrha Lestari Pridha Nashari Pratika (39) menjelaskan kepada Menko Zulhas tentang jenis-jenis tanaman yang di tanam, seperti bayam, bayam merah, selada, dan masih banyak lagi. Ada juga budidaya peternakan ayam, telur ayam, serta budidaya ikan.

"Budaya seperti komunitas hidroponik dengan memanfaatkan lahan yang ada harus terus dikembangkan. Saya bangga dengan ibu-ibu di sini, semoga bisa terus menyebar dan ditiru oleh RW (Rukun Warga) yang lain," tutur Menko Zulhas dalam kunjungan ke Kosagrha Lestari di Medokan Ayu, Surabaya, Senin (10/2/2025).

Baca juga: Khofifah Minta Maaf, Kongres Muslimat NU Bakal Bikin Macet Surabaya

Beliau menuturkan bahwa pemerintah ingin memfokuskan swasembada pangan untuk menunjang gizi yang cukup untuk mencerdaskan bangsa.

Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dari berbagai kelompok tani dalam pembudidayaan tanaman, perikanan, hingga peternakan sebagai bahan dasar makanan bergizi dan seimbang. 

"Kalau semuanya begini enggak mungkin kita kekurangan cabai atau sayur, telur, ikan, karena mulai dari karbohidrat, protein, serat itu semua harus tercukupi," ujarnya.

Dia menyarankan agar Kelompok Tani Kosagrha Lestari lebih memfokuskan jenis tanaman tertentu sehingga bisa menciptakan kualitas yang unggul dan laku dipasaran.

"Kalau masyarakat enggak suka ya jangan (ditanam), jangan semua dicoba karena kan lahannya terbatas. Kalau menurut saya bisa tanam aja empat atau lima macam, harganya bagus, nanti akan dicari pasar," pungkasnya.

Terakhir, Menko Zulhas mengharapkan agar kegiatan kelompok tani ini bisa terus dikembangkan agar menciptakan keberlanjutan.

"Bantuan dari pemerintah itu bagus tapi yang paling bagus itu jika kita mengembangkan sendiri, sehingga muncul keberlanjutan dan dapat ditiru oleh warga lain," ucapnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau