SURABAYA, KOMPAS.com - Wulan (18), warga Surabaya mengaku sempat tinggal bersama keluarganya di kolong jembatan Gubeng.
Saat ini, dia mulai mewujudkan mimpinya memiliki huniannya sendiri.
Wanita ini menceritakan, awalnya kedua orangtuanya tinggal di salah satu kolong jembatan di Jakarta.
Namun, satu keluarga tersebut memutuskan untuk mencari peruntungan di Surabaya.
"Ada ibu, bapak, mas, sama aku, bareng dari Jakarta ke Surabaya itu pas umur 5 tahun, ya 2009-an," kata Wulan, ketika ditemui di Rumah Singgah, Jalan Kedung Pengkol, Surabaya, Senin (3/2/2025).
"Pas di Jakarta sudah enggak punya rumah, dan di Surabaya juga sama enggak ada. Katanya ibu di sini sudah ada teman yang pemulung, akhirnya ya mau tinggal di kolong jembatan," ujarnya.
Baca juga: Cerita Wulan, Jual Koran di Lampu Merah dan Sempat Kecelakaan demi Tetap Sekolah
Kemudian, Wulan memutuskan untuk menjual koran, tisu, hingga alat tulis di sejumlah lampu merah.
Sebab, keuangan ibunya yang bekerja sebagai pemulung dan ayahnya yang jadi sopir truk itu masih kurang.
"Pas waktu itu enggak pernah merasakan diusir satpol PP, tapi pas pulang cuma malam saja nunggu enggak ada orang. Barang-barang cuman sedikit, dipinggirin begitu," katanya.
Ketika itu, Wulan mempunyai mimpi untuk membelikan sebuah rumah yang ditempati bersama keluarganya.
Untuk itu, dia bertekad terus melanjutkan sekolah meski harus hidup di jalanan.
"Ya jualan tapi ya tetap terusin sekolah itu, pertama SDN Kapasari 1 itu gratis, terus dibantu Geng Gemes biar bisa sekolah di SMP Islam Darusallam dan SMK dr Soetomo," ucapnya.
Bahkan, Wulan juga sempat membuka sebuah toko online di sela-sela berjualan koran di lampu merah.
Baca juga: Junaedi, 35 Tahun Jadi Tukang Tambal Ban, Mampu Kuliahkan Anaknya
Hal tersebut untuk mewujudkan mimpinya agar bisa membeli rumah di masa mendatang.
"Pernah pas sekolah SMK jualan koran sambil buka olshop (online shop) jualan baju, kosmetik sama jajan juga. Jadi saya ngantar barangnya sendiri pas pulang jualan koran," ujarnya.