Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berjuang Hidupi Anak, Budy Pantang Menyerah meski Pernah Dianggap Gila

Kompas.com, 24 Januari 2025, 15:50 WIB
Fitri Anggiawati,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kisah perjuangan sosok orangtua tunggal, Budyono, warga Kelurahan Sumber Rejo, Kecamatan Banyuwangi, Jawa Timur, mencerminkan ketekunan dan pengorbanan demi masa depan anaknya.

Pria 46 tahun ini bekerja sebagai penambal ban panggilan. Budy siap melayani pelanggan 24 jam untuk menambal ban sepeda motor.

“Saya tambal ban mulai tahun 2016,” ujar Budy, saat ditemui pada Jumat (24/1/2025).

Motivasi Budy memulai usaha ini berawal dari pengamatannya terhadap orang-orang yang sering mengalami masalah ban bocor di depan rumahnya, terutama para ibu yang membawa anak kecil.

Baca juga: Kisah Alfian, Mahasiswa Tunanetra Anak Tukang Tambal Ban Lulus S2 Unair

“Jalan depan rumah saya jelek bebatuan dan sering lihat ibu-ibu bawa anak kecil ban bocor,” katanya.

Dengan sedikit pengetahuan yang didapat dari belajar otodidak dan mengamati penambal ban lainnya, Budy memutuskan membeli peralatan tambal ban sederhana.

Ia membawa peralatan tersebut dalam kotak kecil berukuran sekitar 80 cm x 40 cm, yang selalu siap dibawa ke mana saja.

“Saya siap dipanggil jam berapa pun, jam 2 atau 3 pagi pun ditelepon, saya berangkat,” ujarnya.

Budy memiliki satu anak perempuan yang lahir pada 2006 dan kini duduk di bangku SMK.

“Tahun ini anak saya lulus SMK, mau lanjut kuliah, semoga bisa lanjut ke Unair Banyuwangi, karena anak saya selalu berprestasi, masuk 10 besar,” harapnya.

Baca juga: Video Pria Tambal Ban Pakai Bubuk Kopi, Begini Penjelasannya

Sejak ditinggal istrinya yang bekerja sebagai TKI, Budy menghidupi sendiri putri semata wayangnya.

Ia mengenang masa-masa sulit ketika harus membawa anaknya ke tempat kerja.

“Dulu saya dianggap gila karena ke mana-mana gendong anak. Kerja saya serabutan, kerja bangunan, kerja apapun saya gendong anak, kadang dia tidur di emperan,” tuturnya.

Budy menolak tawaran dari beberapa pihak yang ingin merawat anaknya, termasuk panti asuhan dan keluarga mantan istri.

“Saya memposisikan diri saya sendiri, misal anak saya masuk panti asuhan dan sukses, bagaimana kalau saya tua dimasukkan ke panti jompo,” ujarnya.

Dengan tekad yang kuat, Budy berusaha membesarkan anaknya dengan sebaik-baiknya, membangun ikatan yang erat antara bapak dan anak.

Baca juga: Lika-liku Relawan Ranjau Paku: Diancam Tukang Tambal Ban hingga Dilaporkan ke Polisi

“Alhamdulillah anak semakin besar, penghasilan saya juga semakin baik. Rata-rata sehari bisa dapat Rp 100 ribu,” ungkapnya.

Ke depan, meskipun anaknya berpeluang masuk kuliah melalui jalur prestasi dan beasiswa, Budy berkomitmen terus bekerja keras demi pendidikan anaknya.

“Dulu saya gampang marah, tapi sekarang saya pasrah dengan Sang Pencipta. Selama saya berusaha, saya yakin tidak akan sia-sia,” tandasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau