BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kisah perjuangan sosok orangtua tunggal, Budyono, warga Kelurahan Sumber Rejo, Kecamatan Banyuwangi, Jawa Timur, mencerminkan ketekunan dan pengorbanan demi masa depan anaknya.
Pria 46 tahun ini bekerja sebagai penambal ban panggilan. Budy siap melayani pelanggan 24 jam untuk menambal ban sepeda motor.
“Saya tambal ban mulai tahun 2016,” ujar Budy, saat ditemui pada Jumat (24/1/2025).
Motivasi Budy memulai usaha ini berawal dari pengamatannya terhadap orang-orang yang sering mengalami masalah ban bocor di depan rumahnya, terutama para ibu yang membawa anak kecil.
Baca juga: Kisah Alfian, Mahasiswa Tunanetra Anak Tukang Tambal Ban Lulus S2 Unair
“Jalan depan rumah saya jelek bebatuan dan sering lihat ibu-ibu bawa anak kecil ban bocor,” katanya.
Dengan sedikit pengetahuan yang didapat dari belajar otodidak dan mengamati penambal ban lainnya, Budy memutuskan membeli peralatan tambal ban sederhana.
Ia membawa peralatan tersebut dalam kotak kecil berukuran sekitar 80 cm x 40 cm, yang selalu siap dibawa ke mana saja.
“Saya siap dipanggil jam berapa pun, jam 2 atau 3 pagi pun ditelepon, saya berangkat,” ujarnya.
Budy memiliki satu anak perempuan yang lahir pada 2006 dan kini duduk di bangku SMK.
“Tahun ini anak saya lulus SMK, mau lanjut kuliah, semoga bisa lanjut ke Unair Banyuwangi, karena anak saya selalu berprestasi, masuk 10 besar,” harapnya.
Baca juga: Video Pria Tambal Ban Pakai Bubuk Kopi, Begini Penjelasannya
Sejak ditinggal istrinya yang bekerja sebagai TKI, Budy menghidupi sendiri putri semata wayangnya.
Ia mengenang masa-masa sulit ketika harus membawa anaknya ke tempat kerja.
“Dulu saya dianggap gila karena ke mana-mana gendong anak. Kerja saya serabutan, kerja bangunan, kerja apapun saya gendong anak, kadang dia tidur di emperan,” tuturnya.
Budy menolak tawaran dari beberapa pihak yang ingin merawat anaknya, termasuk panti asuhan dan keluarga mantan istri.
“Saya memposisikan diri saya sendiri, misal anak saya masuk panti asuhan dan sukses, bagaimana kalau saya tua dimasukkan ke panti jompo,” ujarnya.
Dengan tekad yang kuat, Budy berusaha membesarkan anaknya dengan sebaik-baiknya, membangun ikatan yang erat antara bapak dan anak.
Baca juga: Lika-liku Relawan Ranjau Paku: Diancam Tukang Tambal Ban hingga Dilaporkan ke Polisi
“Alhamdulillah anak semakin besar, penghasilan saya juga semakin baik. Rata-rata sehari bisa dapat Rp 100 ribu,” ungkapnya.
Ke depan, meskipun anaknya berpeluang masuk kuliah melalui jalur prestasi dan beasiswa, Budy berkomitmen terus bekerja keras demi pendidikan anaknya.
“Dulu saya gampang marah, tapi sekarang saya pasrah dengan Sang Pencipta. Selama saya berusaha, saya yakin tidak akan sia-sia,” tandasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang