SURABAYA, KOMPAS.com - Pedagang kaki lima di Surabaya, Jawa Timur, pasrah dengan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) elpiji 3 kilogram yang berlaku mulai hari ini, Rabu (15/1/2025).
Kenaikan HET elpiji 3 kilogram dari Rp 16.000 menjadi Rp 18.000 ini berlaku di seluruh kabupaten dan kota di Jawa Timur.
“Ya mau gimana lagi, kalau harganya naik ya sudah,” kata penjual pentol di sekitar Taman Apsari, Muhammad Amin (36) kepada Kompas.com, Rabu (15/1/2025).
Pentol yang dijual Amin dihargai mulai dari Rp 500 sampai Rp 3.000 untuk ukuran jumbo. Dalam sehari, dia mampu memperoleh pendapatan sebesar Rp 250.000.
“Ya enggak berencana menaikkan harga pentolnya karena sudah segini harganya,” tuturnya.
Baca juga: HET Elpiji 3 Kg Naik Serentak di Jatim, tapi Sumenep Belum, Kenapa?
Biasanya, sehari-hari Amin membeli elpiji 3 kg di toko Madura dekat tempat tinggalnya seharga Rp 18.000 hingga 19.000. Namun, setelah ada kenaikan harga ini, dia berencana akan membeli elpiji 3 kg ke SPBU agar lebih murah.
“Kalau di pom bensin lebih murah Rp 16.000 biasanya,” ucapnya.
Baca juga: Elpiji Naik, Pedagang Bakso Keliling: Lengkap Sudah Penderitaan
Hal senada juga diungkapkan oleh pedagang batagor somay di Jalan Embong Malang, Surabaya, bernama Wahyu. Pria berusia 20 tahun ini lebih memilih pasrah.
“Kalau naik ya sudah, dijalani saja. Kita cuma pedagang biasa. Tetap dapat untung meskipun enggak banyak,” kata Wahyu.
Dia mengaku belum mengetahui adanya kenaikan harga elpiji 3 kg. Biasanya, Wahyu membeli di toko kelontong seharga Rp 18.000.
Satu somay Wahyu dibanderol seharga Rp 2.000. Sementara isian lain seperti tahu dan kubis seharga Rp 1.000 per bijinya. Menurut Wahyu, harga tersebut sudah standar.
“Harga somay batagor di sini (Surabaya) ya segitu. Jadi harganya tetap meskipun elpiji naik,” ucapnya.
Jangankan momen kenaikan harga elpiji, saat pandemi Covid-19 dua tahun lalu, Wahyu tidak menaikkan harga dagangannya.
“Ukurannya juga tetap, harganya sama. Waktu corona (Covid-19) ya segini,” tuturnya.
Tidak hanya elpiji 3 kg, kenaikan bahan pokok lain seperti minyak juga dirasakan Wahyu.
“Minyak juga naik, sekarang Rp 14.000 sebelumnya Rp 13.000,” jelasnya.
Dalam sehari, Wahyu memperoleh pendapatan sebesar Rp 250.000 sampai Rp 350.000. Sebagai pedagang, Wahyu sudah memahami perhitungan untung rugi.
“Masalah untung rugi sudah tahu. Jadi ya biasa saja, enggak ada masalah,” pungkas pria asli Surabaya tersebut.
Sebagai informasi, kenaikan ini tidak hanya di Surabaya saja, tapi serentak di seluruh kabupaten/kota Jawa Timur sesuai SK Gubernur 100.3.3.1/801/KPTS/013/2024.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang