Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atap Gedung Setan Surabaya Ambrol, Penghuni Bingung Cari Tempat Tinggal

Kompas.com, 26 Desember 2024, 17:47 WIB
Andhi Dwi Setiawan,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Penghuni Gedung Setan di Surabaya, Jawa Timur, masih belum mengetahui akan tinggal di mana setelah tenggat waktu mengungsinya habis dalam 2 hari ke depan.

Erna Riani (50), tampak tengah membersihkan matras pemberian BPBD Surabaya di lokasi pengungsian. Dia sudah tinggal di pengungsian di Balai RW 06, Jalan Banyu Urip Wetan, Sawahan, Surabaya, selama 8 hari.

"Sejak atapnya Gedung Setan runtuh itu saya mengungsi di sini. Tadinya seminggu tapi kita minta dispendasi sampai 10 hari," kata Erna ketika ditemui di pengungsian, Kamis (26/12/2024).

Baca juga: Atap Gedung Setan Surabaya Ambrol, 60 Penghuni Dievakuasi

Erna mengungkapkan, permintaan tambahan waktu mengungsi tersebut untuk memikirkan ke mana dia bersama ibunya, Suparni (78), akan tinggal setelah tidak lagi menempati Gedung Setan.

"Iya belum tahu ke mana, bingung juga mau cari kosan di mana. Masalahnya, iya kalau yang sudah ada uang, kalau yang enggak ada uang bagaiman, kan ngontrak mesti pakai biaya," jelasnya.

Baca juga: Cerita Penghuni Saat Atap Gedung Setan Surabaya Ambrol

Mata pencarian Erni sebagai pedagang makanan di Pasar Banyu Urip juga memaksanya untuk tidak pindah. Selain itu, dia kesulitan karena harus merawat ibunya yang sakit.

"Memang mata pencarian saya di situ (Pasar Banyu Urip), makanya mau ninggal Gedung Setan rasanya susah. Saya ini juga cuman tinggal berdua di sana, pas di tembok sisi kanannya," ujarnya.

Oleh karena itu, Erni berharap, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mau memperbaiki Gedung Setan. Sebab, dia tidak tahu harus tinggal di mana selain di bangunan peninggalan Belanda itu.

"Kami minta tolong ke pemerintah bagaimana baiknya, supaya nasib kita enggak terkatung-katung begini. Tapi maunya ya Gedung Setan ini bisa diperbaiki, kita sudah tinggal di sana puluhan tahun," ucapnya.

Tik Tjuan (60), penghuni lain, memikirkan kesulitan serupa dengan para tetangganya. Dia juga kebingungan mencari rumah berikutnya, setelah diminta pergi dari Gedung Setan.

"Ya enggak tahu mau ke mana nanti, saya sama anak tinggal berdua. Ini saja mandi kadang masuk ke rumah (Gedung Setan) biar enggak rebutan sama pengungsi lain," kata Tik Tjuan.

Bahkan, Tik Tjuan berencana kembali ke Gedung Setan. Sebab, dia mengaku tak memiliki biaya untuk menyewa tempat tinggal di luar.

"Rencananya kalau pemerintah enggak ngasih rusun ya, mau tinggal di sini lagi. Sebenarnya khawatir, mandi di sini saja khawatir apalagi tidur, tapi ya bagaimana lagi bingung tinggal di mana," ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, atap Gedung Setan ambrol ketika diguyur hujan pada Rabu (18/12/2024) sekitar pukul 17.00 WIB.

"Laporan dari warga dan kelurahan, memang turun hujan tapi enggak deres sebenarnya. Tapi intinya bangunan itu sudah lapuk," kata Camat Sawahan, Amiril Hidayat ketika ditemui di lokasi, Rabu (18/12/2024) malam.

Amiril menyebut, total ada 60 orang dari 16 kepala keluarga yang tinggal di bangunan bekas peninggalan Belanda itu. Seluruh penghuni dipastikan selamat dalam kejadian itu.

"Enggak hujan angin, enggak deras juga, gerimis kok. Tapi karena bangunan ini sudah lama berdiri, saat zaman Belanda, otomatis secara struktur tidak bagus, kita naik pun enggak berani," ujarnya.

Saat ini, kata Amiril, pihaknya masih melakukan pendataan identitas para penghuni Gedung Setan. Mereka akan diminta memilih untuk tinggal bersama keluarga atau di pengungsian.

"(Lokasi evakuasi) itu yang kita pikirkan kembali. Sementara ini yang penting mereka aman dulu dan bangunan juga tetap dijaga, agar barang yang ada di dalam tetap aman," jelasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau