Eka bercerita, nama corah yang disematkan setelah kata pentol berasal dari nama dusunnya.
Lantaran banyak warga yang membuat dan berjualan pentol di wilayah Corah, maka kemudian kuliner ini dikenal dengan sebutan pentol corah.
“Dulu kalau orang mau beli pentol terus menyebut membelinya di Corah. Makanya kemudian anak-anak muda menamainya dengan sebutan pentol corah,” ujar Eka.
Eka mengatakan, kebanyakan pembeli pentol corah berasal dari kalangan anak-anak muda yang menyukai rasa pedas.
Para pembeli biasanya lebih banyak datang pada siang dan sore hari. Namun bila akhir pekan atau liburan, pembeli terus berdatangan tak mengenal waktu.
Baca juga: Uniknya Asal-usul Nama Lontong Balap di Surabaya, Siapa yang Balapan?
Eka bersama bude-nya membuka warung mulai pukul 07.00-21.00 WIB. Pagi hari, Bude Ninik yang menjajakan pentol. Selanjutnya, Eka meneruskannya hingga malam.
Dalam satu hari, Eka mengaku mampu menjual hingga dua kwintal pentol corah dengan omzet mencapai jutaan rupiah.
Jumlah itu akan bertambah banyak manakala akhir pekan atau hari libur. “Kalau lebaran tiba, jumlah yang terjual makin banyak lagi."
"Karena pembelinya dari pagi hingga malam tak berhenti. Sampai kami kecapekan,” ungkap Eka.
Tak hanya menjual di tingkat pasar lokal, Eka mengaku pentol corah ini juga dijual dalam bentuk beku, dan sudah terjual hingga luar kota, bahkan luar negeri.
Ia menjual pentol corah frozen dengan kemasan 500 gram dengan harga Rp 20.000 dan kemasan satu kilogram dengan harga Rp 35.000 melalui media sosial dan lokapasar.
“Alhamdulillah pentol corah dalam bentuk frozen kami sudah terjual hingga Hongkong dan Taiwan. Kami kirim ke luar daerah dan negeri hampir tiap hari."
"Setiap pentol corah kemasan frozen juga kami berikan sambalnya dalam bentuk botol kecil,” kata Eka.
Baca juga: Jejak Akulturasi Jawa dan Tionghoa dalam Kenyalnya Tahu Takwa Kediri
Para penikmat kuliner dapat membeli pentol corah di tempat mulai dari Rp 5.000 per porsinya.
“Awalnya dulu saya mencoba dengan membeli satu porsi Rp 5.000. Tetapi setelah mencoba rasanya enak dan sambelnya nendang banget, maka saya tambah lagi,” ujar Jalil, warga Dolopo, Kabupaten Madiun.
Senada dengan Jalil, Harianto menyebut pentol corah menjadi makanan khas Madiun yang banyak diburu saat akhir pekan atau liburan tiba.
Ia mengaku selalu mengajak anak dan istrinya untuk datang langsung warung Pentol Corah yang berada di Jalan Purbajaya, Kota Madiun.
“Anak dan istri saya suka dengan citarasanya. Makanya kalau akhir pekan kami sering datang ke sini,” ujar Harianto, warga Kabupaten Magetan ini.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang