Irisan daging dipilih yang lunak serta ada tambahan irisan 'daging susu' (bagian gajih).
"Setelah daging dibersihkan dan dipotong-potong, daging diulet (ditekan pakai tangan) terlebih dahulu. Kemudian dipanaskan hingga bumbu mengering," terangnya.
Sedangkan untuk kuah rawon, Saminah tetap menggunakan bumbu pada umumnya.
Hanya saja, cara memasaknya yang berbeda. Nur harus menyimpannya lebih lama, sekitar 2-3 hari harus dibiarkan dengan cara dipanaskan.
"Jadi kalau sudah matang, tidak langsung dijual. Menunggu dua hari sampai tiga hari agar rawon semakin sedap," tambahnya.
Irianto (50), salah satu pelanggan, mengaku rawon Saminah merupakan rawon legenda.
Karena sejak kecil, dia sudah bisa menikmati rawon berbahan kluwek itu buatan Hajjah Saminah.
"Saya sudah mengenal Bu Saminah dulu. Dan sate rasa sate komohnya ya tetap gurih dan lunak," ujar Irianto.
Selain di warung Saminah, rawon dengan lauk sate komoh ini juga bisa dijumpai di Warung Sederhana di Jalan WR.
Supratman depan Puskesmas Kandangsapi, Warung Sakinah di Jalan Kartini, dan Warung Amanah di pojok utara (depan Stasiun Pasuruan).
Sedangkan untuk harga setiap porsinya berkisar antara Rp 25.000 - Rp 27.000.
Nur Hidayati, pemilik warung Saminah yang meneruskan usaha keluarganya sejak tahun 1957, yang dikenal sebagai pelopor sate komoh di Pasuruan, Jawa Timur.
Warung Saminah hanya membuka warung tiga jam mulai pukul 07:00 - 10:00 WIB. Sate komoh milik warung Saminah yang dikenal lunak dan lebih kering.
"Iya mulai dulu memang kami buka hanya tiga saja. Mulai dari mbah (kakek) dan abah juga", ungkap Nur.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang