Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama 2 Bulan, 907 Anak di Banyuwangi Terinfeksi Penyakit Gondongan

Kompas.com, 28 Oktober 2024, 21:38 WIB
Rachmawati,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak awal September 2024 hingga Sabtu, 27 Oktober 2024, terdapat 907 kasus penyakit gondongan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Kasus ini terdistribusi di 25 kecamatan, dengan jumlah tertinggi ditemukan di Kecamatan Kota Banyuwangi, Genteng, Sempu, dan Giri.

Dari total 907 kasus, 95,1 persen atau 863 kasus telah dinyatakan sembuh, sementara 44 kasus masih dalam pemantauan.

Hal ini disampaikan oleh Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat, kepada Kompas.com pada Minggu (28/10/2024).

Baca juga: Penyakit Gondongan di Kediri Masih Merebak, Jangkiti Anak Usia Sekolah

"Penyakit gondongan terdeteksi meningkat sejak awal September 2024, dengan puncaknya terjadi pada pertengahan September. Namun, saat ini sudah mengalami penurunan, dengan tinggal 44 kasus yang masih dalam pemantauan," kata Amir.

Amir juga menyatakan bahwa angka kasus gondongan di Banyuwangi pada September 2024 lebih tinggi dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2023.

"Dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, angkanya lebih tinggi di tahun ini. Ini bisa disebut sebagai kejadian luar biasa (KLB). Namun, untuk menyatakan KLB secara resmi, harus ada surat resmi. Untuk kasus gondongan, sudah ada surat edaran yang berisi kewaspadaan terkait gondongan di Banyuwangi," tambah Amir.

Surat edaran Nomor 1832 tahun 2024, yang berisi peningkatan kewaspadaan terhadap parotitis (gondongan), ditandatangani oleh PJ Sekkab Banyuwangi pada 24 Oktober 2024.

Dalam surat tersebut, pihak-pihak termasuk rumah sakit, puskesmas, dan kepala desa diminta untuk menyosialisasikan cara pencegahan gondongan kepada masyarakat.

"Memang gondongan ini bukan penyakit yang fatal, tetapi sangat tidak nyaman dan penyebarannya cepat melalui droplet (cipratan liur) saat berbicara, batuk, dan bersin karena ini adalah virus," kata Amir.

Ia mengingatkan masyarakat untuk menggunakan masker di tempat publik, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir. Selain itu, menjaga imun dengan berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat.

"Kami juga sudah menyiapkan masker di sekolah-sekolah, karena yang terpapar adalah anak-anak berusia antara 2 hingga 12 tahun. Adapun kasus dewasa hanya satu atau dua orang," tambah Amir.

Amir juga menyebutkan bahwa siapa pun dapat terinfeksi penyakit gondongan, terutama jika belum menerima vaksin MMR (measles, mumps, rubella).

Anak-anak biasanya menerima dua dosis vaksin MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dan dosis kedua pada usia 4-6 tahun.

Jika imunisasi pertama belum dilakukan pada usia 18 bulan, vaksin pertama masih dapat diberikan hingga anak berusia 3 tahun.

Vaksin MMR juga dapat diberikan pada usia dewasa jika belum pernah dilakukan pada masa kanak-kanak.

Vaksin MMR dinyatakan sangat aman dan efektif, dengan tingkat efektivitas mencapai 90 persen.

"Di Banyuwangi, 97 persen anak-anak sudah menerima vaksin MMR," kata Amir.

Baca juga: Sejumlah Warga di 5 Kecamatan di Kota Malang Terjangkit Gondongan

Menurut Cleveland Clinic, penyakit gondongan dapat menular dalam beberapa hari setelah seseorang terinfeksi virus paramyxovirus, bahkan sebelum terjadi pembengkakan pada kelenjar parotis.

Penularan gondongan masih dapat berlangsung hingga lima hari setelah pipi dan rahang membengkak.

Oleh karena itu, anak atau individu yang terkena penyakit gondongan harus membatasi kontak dengan orang lain.

Menurut data dari Kemenkes, penyakit gondongan sering disertai gangguan kesehatan yang menyebabkan ketidaknyamanan, seperti demam hingga 39 derajat Celsius, nyeri sendi, sakit perut, sakit kepala, hilang nafsu makan, dan mulut kering.

Sementara itu, Aditya Mega Paramita, guru kelas 6 SDN Lateng 1 Banyuwangi, melaporkan bahwa banyak siswa yang tidak masuk sekolah sejak September 2024.

"Panasnya gantian, misalnya hari ini A tidak masuk, besok gantian B yang tidak masuk. Bahkan dalam satu hari bisa ada 2-3 anak yang tidak masuk. Saat ditanya, semuanya mengalami demam tinggi," kata Mega.

"Awalnya sempat khawatir karena demam berdarah, sampai ada gerakan menggunakan lotion anti-nyamuk di sekolah."

Saat anak-anak sakit, ada wali murid yang membawanya ke dokter dan diketahui terinfeksi gondongan.

"Jadi enggak cuma minum obat yang dibeli di warung dan saat diperiksa tahu kalo gondongan," kata Mega.

Baca juga: Penyakit Gondongan Bisa Menular Lewat Apa? Berikut Penjelasannya...

Sejak saat itu, sekolah menerapkan aturan bahwa siswa yang sakit baru boleh masuk jika benar-benar sudah sembuh.

Siswa juga diimbau untuk mengenakan masker, terutama yang merasa tidak enak badan.

"Rata-rata yang sakit itu izin antara 4 hingga 7 hari," tambahnya.

Mega juga mengaku membatasi ruang gerak para siswa dan mewajibkan mereka mencuci tangan menggunakan sabun sebelum masuk kelas.

"Masker, sabun cuci tangan, tisu, dan hand sanitizer tersedia lengkap di setiap kelas," tutupnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Surabaya
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Surabaya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau