Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nenek Pemilik Kos di Ngawi Ditemukan Tewas Mengenaskan, Tangan Diikat

Kompas.com, 15 Oktober 2024, 21:35 WIB
Muhlis Al Alawi,
Andi Hartik

Tim Redaksi

NGAWI, KOMPAS.com - Nenek Darwati (78), perempuan pemilik kos di Desa Beran, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, ditemukan tewas mengenaskan di dalam rumahnya, Selasa (15/10/2024).

Saat ditemukan, darah bercecerah di sekitar jasad. Sementara tangan korban terikat tali dan mulutnya tersumpal kain.

Kuntoro Jati, saksi mata yang pertama kali melihat jasad korban mengaku dirinya mengetahui kejadian nahas yang menimpa korban setelah ditelepon anak Darwati. Anak korban meminta Kuntoro untuk melihat kondisi Darwati.

Baca juga: Remaja di Ngawi Nekat Sentuh Alat Vital IRT di Jalan Raya Usai Nonton Film Porno, Ujungnya Ditangkap Polisi

Mendapatkan permintaan itu, Kuntoro lalu mengecek rumah korban. Namun, setibanya di rumah korban, sepeda motor milik Darwati yang biasa terparkir di halaman rumah tidak ada.

“Begitu saya tiba di rumah, sepeda motor korban tidak ada di rumah. Saya curiga kemudian saya lihat dari jendela. Setelah itu saya melihat, korban sudah meninggal dunia dalam kondisi terlentang dengan tangan terikat,” kata Kuntoro di lokasi kejadian, Selasa (15/10/2024).

Baca juga: Cemburu dan Duga Istri Diselingkuhi, Pria di Ngawi Pukul Guru hingga Babak Belur di Ruang Tamu Sekolah

Mengetahui kondisi itu, Kuntoro langsung mencari pertolongan kepada warga sekitar. Tak hanya itu, ia pun melaporkan ke perangkat desa setempat untuk segera melaporkan ke polisi.

Kepala Desa Beran, Agus Supriadi yang dikonfirmasi terpisah mengatakan, sebelum ditemukan tak bernyawa korban tinggal sendiri.

Namun, rumah ditempati korban, beberapa kamar lainnya disewakan untuk kos-kosan. Di bagian depan rumah, terdapat satu orang yang baru dua pekan tinggal. Sementara di bagian belakang terdapat tiga orang yang tinggal di kos tersebut.

"Korban tinggal sendiri. Suaminya sudah meninggal. Sedangkan kedua anaknya berada di Surabaya. Dan rumah yang ditempati ini ada beberapa kamar kos yang sudah ditempati orang,” kata Agus.

Agus menuturkan berdasarkan pantauannya darah yang berceceran diduga berasal dari jasad korban. Kendati demikian belum dipastikan asal muasal darah itu dari bagian mana tubuh korban.

Tak hanya sepeda motor korban yang hilang, beberapa barang lain milik Darwati juga raib seperti jam dan speaker.

Wakapolres Ngawi, Kompol Achmad Robial yang dikonfirmasi terpisah membenarkan korban meninggal dalam kondisi tidak wajar. Pasalnya saat ditemukan jasad korban dalam kondisi tangan terikat dan ditemukan beberapa luka di bagian kepala. Tragisnya lagi mata korban dan mulut korban ditutup dengan kain.

"Saat pertama kali ditemukan jasad korban memang dalam kondisi terikat, mulut disumpal dan ada luka pada bagian kepala. Setelah dilakukan identifikasi jenazah langsung dibawa ke Kamar Jenazah RSUD dr Soeroto Ngawi untuk dilakukan otopsi," kata Robial.

Robial mengatakan, saat dilakukan olah TKP polisi menemukan bercak darah di lantai rumah korban. Diduga darah berasal dari luka pada bagian kepala korban. Selain itu juga ditemukan bercak darah yang mengarah ke kamar salah satu penghuni kos. Hanya saja saat didatangi polisi, penghuni kos tidak ada di kamarnya.

Terhadap fakta itu, polisi belum dapat menyimpulkan penyebab tewasnya pemilik kos tersebut. Saat ini polisi masih terus mendalami keterangan saksi dan menunggu hasil otopsi di RSUD Soeroto Ngawi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau