BANGKALAN, KOMPAS.com - Calon Bupati Bangkalan Nomor Urut 2, Mathur Husyairi nongkrong sekaligus diskusi bareng dengan beragam komunitas pemuda di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, bertajuk "Soddhu' Mathur" pada Jumat (4/10/2024) malam sekitar pukul 20.00 WIB.
Kegiatan yang berlangsung di Kedai Pustaka, Jalan Kartini Nomor 10, Kelurahan Kraton, Bangkalan, ini dikemas dengan suasana santai dengan tujuan menyerap aspirasi pemilih.
Istilah "Soddhu'" berasal dari Bahasa Madura yang berarti "menusuk", bertujuan mendorong masyarakat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tajam kepada Mathur.
Baca juga: Kampanye Damai Pilkada Bangkalan: Lukman Tekankan Kebersamaan, Mathur Bicara Bahaya Politik Uang
Adapun Mathur, sebagai tokoh utama dalam program ini, tidak hanya menerima pertanyaan-pertanyaan kritis, tetapi juga diminta memberikan solusi konkret terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Bangkalan.
Di akhir acara, Mathur juga diminta menandatangani 16 poin pakta integritas yang akan ditagih ketika terpilih menjadi bupati Bangkalan.
Pemuda yang hadir dalam kegiatan itu merupakan anak muda skena Bangkalan, yang merupakan akronim dari singkatan 3 kata, yaitu Sua, cengKErama dan kelaNA.
Ada berbagai pertanyaan dari pemuda setempat mengenai isu-isu krusial yang mereka hadapi.
Muhammad Rizky mengawali sesi tanya jawab dengan menanyakan solusi konkret yang bisa diberikan Mathur terkait sulitnya lapangan pekerjaan dan perbaikan infrastruktur di Bangkalan.
"Di Bangkalan ini, banyak sekali infrastruktur rusak, jalan yang rusak, terutama di desa-desa. Banyak juga pemuda ini menganggur, merantau, karena nggak tahu harus kerja apa di Bangkalan," kata dia.
Kemudian, Alazaz Farhami, dari Komunitas Public Speaking dan Mahasiswa STAIS, mengangkat isu literasi dan akses buku yang minim di Bangkalan.
Ia ingin literasi di Bangkalan bisa hidup, sehingga kualitas SDM di Bangkalan juga meningkat.
"Toko buku saja tidak ada, saya sampai malu dengan mahasiswa dari luar daerah," keluhnya.
Sementara Asmadi dari Bangkalan Creative Banhkalan menyoroti rumitnya perizinan untuk menyelenggarakan event bagi pemuda.
Ketika menggelar event yang sifatnya hiburan, para pemuda selalu dibenturkan dengan slogan Bangkalan Kota Zikir dan Selawat.
"Perizinan dalam menyelenggarakan event untuk pemuda cukup rumit, berjenjang, dan birokratis, kita dibenturkan dengan slogan-slogan religius," ungkap dia.