KOMPAS.com - Sebanyak tujuh ekor kerbau di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dicuri dan disembelih di tempat.
Usai disembelih, pelaku meninggalkan bagian kepala, tulang, dan organ dalam kerbau di tempat penyembelihan yang tidak jauh dari lokasi pencurian kerbau.
Polisi telah mengamankan empat orang pelaku pencurian. Mereka mengaku, daging kerbau hasil curiannya dijual ke pasar hewan dengan harga Rp 10 juta per ekor.
Kapolres Lumajang AKBP Zainur Rofik mengungkapkan alasan pelaku mencuri kerbau. Selain mempunyai nilai ekonomi, kerbau juga relatif lebih mudah dicuri.
Pasalnya, para peternak kerbau di Lumajang tidak pernah membawa kerbaunya pulang ke rumah. Kerbaunya dibiarkan berada di sawah maupun ladang tempat menggembala.
"Masyarakat kita biasa meninggalkan kerbaunya di ladang, sawah dan hanya diikat saja ke kayu, tidak pernah dibawa pulang, padahal kerbau ini juga punya nilai ekonomi," kata Rofik.
Rofik mengimbau warga yang beternak kerbau untuk membawa pulang seusai digembala.
Selain itu, para pedagang daging juga diminta teliti apabila ada yang menawarkan daging dengan harga murah. Apalagi, yang menawarkan diketahui tidak punya hewan ternak.
"Jadi kami imbau untuk para peternak tidak lagi meninggalkan kerbaunya di lahan, bawa pulang saja dikunci di kandang, pedagang juga kita minta waspada, karena adanya pencurian ini salah satunya karena ada permintaan," ujar Rofik.
Terpisah, Tamim (63), salah satu korban pencurian kerbau mengaku, sudah puluhan tahun mengembala kerbau dan tidak pernah dibawa pulang.
Baca juga: Ramai Pencurian Kerbau di Lumajang, Dagingnya Dijual ke Pasar
Kejadian kerbaunya hilang itu jadi kali pertama. Menurutnya, selama ini meski ditinggal beberapa hari kerbaunya tidak pernah hilang.
Tamim percaya, kerbau merupakan salah satu hewan ternak yang tidak boleh dicuri. Apabila ada yang mencuri, malah akan membawa sial bagi pencurinya.
"Biasanya aman, kalau kata orang Jawa itu yang mencuri kerbau malah akan kualat (sial) sendiri, makanya kerbau dibiarkan gak pernah ada yang curi, ya baru kali ini," ujar Tamim.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang