Sudarno mengaku pensiun sebagai anggota TNI AD dengan pangkat Sersan Mayor.
Saat menjadi anggota prajurit Batalyon 501 Banteng Raiders Madiun, ia sempat bertugas di Timor Timur 4 kali.
Pada pengiriman tugas ke Timor Timur yang kedua di tahun 1976 dia tertembak di bagian perut dan kaki oleh gerombolan pengacau keamanan.
“Saya bertugas berjaga di gereja, gereja diserang, kondisinya porak poranda, pohon pada tumbang. Saya selamat tidak tertimpa pohon. Saat duduk, saya merasa ada yang hangat di bagian perut. Pas diraba ternyata darah sudah banyak keluar,” kenangnya.
Pada saat itu dari satu peleton pasukan yang dikirim ke Timor Timur ada 9 orang yang tertembak. Dari 9 orang, 7 rekannya meninggal dunia saat menjalani perawatan.
“Teman saya yang 7 itu meninggal saat dirawat di Jakarta, hanya saya dan satu teman saya waktu itu yang masih hidup,” imbuh Sudarno.
Setelah kejadian tersebut, Sudarno kembali ke Timor Timur. Total, 4 kali ia menjalankan penugasan di sana.
Usai penugasan di Timor Timur, ia ditempatkan di Kodim 0804 Magetan. Dia pensiun di awal tahun 1990an.
“Setelah bertugas di 501 saya ditugaskan di Kodim 0804 Magetan dengan tugas di koramil-koramil. Sempat menjabat wakil danramil di Poncol,” jelasnya.
Sudarno mengaku senang dikunjungi pejabat penting Kabupaten Magetan menjelang hari kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia.
Dia berharap pemerintah daerah bisa membantu memperbaiki kondisi rumah yang saat ini masih menyatu dengan kandang sapi.
Bahkan dia mengaku masih memiliki hutang Rp 3 juta ke toko material untuk membangun rumah sekaligus kandang sapi tersebut.
“Kenapa kandang jadi satu dengan rumah, untuk ngirit biaya membangun rumah,” tutur dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang