Hingga Aska harus menjalani pengobatan di RSUD dr. Soedono yang berada di Kota Madiun yang harus ditempuh kurang lebih satu jam dari rumahnya.
Jayus mengaku kebingungan karena tidak ada mobil untuk membawa Aska periksa di rumah sakit. Pasalnya kondisi badan anaknya muncul bintik-bintik berisi air dan mudah pecah dan tidak boleh terkena angin.
"Kalau terkena angin karena dapat memperparah kondisinya," tutur Jayus.
Jayus bersyukur saat itu ada kendaraan ambulans milik Yayasan Nurul Hayat dari Kota Madiun yang membantu transportasi untuk berobat ke Kota Madiun setiap dua minggu sekali. Padahal, menurutnya saat ini dikantor desa nya terdapat ambulans siaga.
Baca juga: Deteksi Dini Bantu Pengidap Penyakit Langka Hidup Normal
Saat ini anaknya sudah semakin membaik kendari perkembangannnya tidak seperti anak lainnya. Meski usianya mendekati empat tahun, Aska belum dapat bicara hingga tidak dapat berteman dengan anak-anak lainnya seusianya.
Meski sudah membaik, kata Jayus, Aska harus tetap kontrol ke rumah sakit. Terlebih sekujur tubuh anaknya masih banyak luka lepuh.
"Anak kami tidak boleh terkena sinar matahari dan debu. Selain itu harus dibatasi makanan seperti telur, ayam, dan daging," ungkap Jayus.
Sekarang, Jayus hanya bisa pasrah dan menunggu uluran bantuan dari orang lain dan instansi pemerintah. Terlebih pekerjaannya yang hanya sebagai pencari kayu dan buruh tani musiman tidak akan cukup untuk pengobatan yang layak untuk anaknya.
"Biasanya kalau musim tanam ya jadi buruh tani. Kalau tidak biasanya saya cari kayu dihutan dan saya jual lagi. Kadang laku kandang dan kadang tidak.
Baca juga: Idap Penyakit Langka, Sekujur Tubuh Gadis 13 Tahun di Tegal Melepuh hingga ke Wajah
Sementara itu Penjabat Bupati Madiun, Tontro Pahlawanto yang dihubungi terpisah menyatakan sudah memerintahkan Dinas Kesehatan dan Camat Saradan untuk membantu persoalan yang dihadapi Aska.
“Saya sudah perintahkan kepada camat dan dinas untuk membantu Aska. Camat setempat juga saya minta untuk segera berkoordinasi dengan kepala desa agar mobil ambulan di desa digunakan untuk mengantar Aska bila hendak berobat,” kata Tontro, Kamis (30/5/2024).
Tak hanya itu petugas Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman sudah turun ke lokasi mengecek kondisi rumah keluarga Aska. Bila butuh perbaikan maka akan dimasukkan dalam program perbaikan rumah tidak layak huni.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang