Lebih miris lagi saat melihat ada kandang sapi yang terletak kurang dari 10 meter dari tempat tinggal Jumadi dan Rehan.
Memang, tempat yang ditinggali Jumadi dan Rehan dulunya hanya tempat berteduh para petani kelapa untuk memasak air nira.
Tempat itu sudah ditempati Jumadi sejak Rehan masih berusia dua bulan. Bertahun-tahun mereka hidup hanya berdua sampai saat ini Rehan duduk di kelas B taman kanak-kanak.
"Mulai di sini waktu Rehan usia dua bulan, ibunya di Jombang," kata Jumadi di rumahnya, Sabtu (30/3/2024).
Mirisnya, tidak ada sanitasi di tempat yang ditinggali Jumadi dan Rehan.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari seperti mandi, masak, dan mencuci, mereka harus berjalan kaki ke sungai yang jaraknya kurang lebih 500 meter.
"Ya kalau mau buang air ke sungai, mandi ke sungai, air buat masak dan cuci piring juga ke sungai, kalau ada hujan ya pakai air hujan," ceritanya.
Rehan merupakan anak Jumadi dengan istri keduanya bernama Sunarsih (48) warga Kabupaten Jombang.
Setelah melahirkan Rehan dan merawat bersama hingga berusia dua bulan, keduanya berpisah meski belum resmi secara pengadilan.
Baca juga: Tak Layak Huni, Beberapa Rumah Warga Johar Baru Bakal Disulap jadi Rusun
Jumadi pun lantas membawa Rehan kembali ke kampung halaman di Lumajang dan tinggal di tempat tidak layak sampai saat ini.
Dengan istri pertama, Jumadi memiliki 3 orang anak. Mereka tinggal tidak jauh dari tempat Jumadi, hanya berbeda dusun.
"Ya kadang (anak) nengok tapi ya jarang mereka sudah sibuk semua kerja," ujarnya.
Pada usia senjanya, Jumadi sudah tidak bisa bekerja lagi. Untuk menghidupi Rehan, ia menggantungkan diri dari belas kasih tetangga.
Jika tidak ada yang memberinya makanan, terkadang Jumadi berjalan ke rumah anaknya di dusun sebelah hanya sekadar meminta makan.
"Buat setiap hari ya dikasih orang yang penting sabar saja, kadang saya minta ke anak saya di (Dusun) Sumberkajar," jelasnya.