KOMPAS.com - Tidur pada malam hari di rumah tidak layak huni dengan kondisi sering kali gelap bukan menjadi pilihan.
Itulah yang dirasakan pria bernama Musmulidi (42) yang akrab disapa Rudik oleh warga sekitar.
"Rumah gelap sering, tidak punya uang untuk beli token listrik," kata Rudik pada Senin (5/2/2024).
Baca juga: Warga Kota Bima yang Hidup Miskin Bertambah, Kini 16.440
Rumahnya berada di Dusun Sumbersari, Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Kondisinya sangat memprihatinkan.
Saat musim hujan seperti saat ini, kondisi di dalam rumahnya basah karena terus mengalami kebocoran di beberapa titik.
Jangankan untuk membetulkan atap rumah, untuk makan saja Rudik kesulitan. Ia sering kali menahan lapar apabila tidak memiliki uang untuk membeli bahan makanan.
"Lapar ya minum air putih kalau tidak punya uang. Saya kompor punya, tapi kalau tidak punya uang ya tidak terpakai kompornya. Saya takut merepotkan kalau minta-minta," katanya.
Rudik hidup sendiri lantaran sudah bercerai dengan istrinya. Anaknya pun tak tinggal bersamanya karena memilih ikut ibu.
Ia mengaku sudah tujuh tahun hidup di rumah yang dibangun dari tiang bambu dan tripleks pemberian teman-temannya itu.
"Sebelumnya saya tinggal di rumah orang tua, dekat sini, tapi saya ingin mandiri, jadi di sini (di rumahnya) saja," katanya.
Baca juga: Hidup Miskin, Ibu Empat Anak Ini Bertahan Hidup dengan Batu Bata
Kamarnya pun beralas kasur usang. Bau kotoran sapi selalu menyengat karena ia memelihara tiga hewan ternak milik orang lain.
"Tinggal di sini sudah tujuh tahun, setelah ibu saya meninggal dunia. Tanah rumah ini pemberian nenek. Ya kondisinya seperti ini, terus bagaimana, dijalani saja," katanya.
Rudik bekerja sebagai buruh tani lepas. Penghasilannya tak menentu. Dia bekerja apabila ada orang lain membutuhkan tenaganya.
"Ya, satu minggu rata-rata tiga kali, sehari diberi Rp 60.000," katanya.
Disinggung bantuan dari pemerintah, Rudik mengaku tidak pernah mendapatkannya.
Dia berharap, pemerintah daerah bisa mendengar kisahnya. Bantuan yang dimaksud seperti bedah rumah atau apa pun supaya tempat tinggalnya layak huni.
"Kalau diberi (bantuan) ya mau saja, kita ini masyarakat, ya pemerintah yang saya harapkan bisa membantu, bukan merepotkan orang lain," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.