BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Home Credit

Takjil Bubur Suro, Menu Khas Buka Puasa di Kompleks Makam Sunan Bonang

Kompas.com, 21 Maret 2024, 15:44 WIB
Hamim,
Andi Hartik

Tim Redaksi

TUBAN, KOMPAS.com - Sejak memasuki Bulan Ramadhan, sejumlah warga sekitar Kompleks Makam Sunan Bonang, Tuban, Jawa Timur, sibuk memasak bubur suro sebagai menu berbuka puasa.

Sejumlah warga secara sukarela bergantian mengaduk bubur yang dimasak menggunakan 2 kuali besar berdiameter sekitar 1 meter yang terbuat dari tembaga.

Masakan bubur suro merupakan kudapan khas yang hanya ada saat Bulan Ramadhan untuk menu buka puasa bagi jemaah Masjid Astana Sunan Bonang, musafir dan warga sekitarnya.

Baca juga: Terjaring Razia Balap Liar, Puluhan Remaja di Tuban Dihukum Dorong Motor Sejauh 4 Kilometer

Setiap hari, pembuatan kudapan khas bubur suro di Kompleks Makam Sunan Bonang ini menghabiskan sebanyak 12 kilogram beras setiap harinya.

"Setiap kuali memuat 6 kilogram beras, jadi totalnya 12 kilogram untuk 2 kuali," kata salah seorang juru masak bernama Yulianto kepada Kompas.com, Rabu (20/3/2024).

Baca juga: Pemkot Jakpus dan BBPOM Temukan Kue Berbahan Pewarna Tekstil di Bazar Takjil Ramadhan Benhil

Adapun bahan lainnya di antaranya bumbu gule, rempah-rempah, bawang merah, bawang putih, santan kelap, dan 6 kilogram tulang sapi.

Proses memasak bubur suro di Kompleks Makam Sunan Bonang Tuban tersebut membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam dengan menggunakan kayu bakar.

"Masaknya dimulai pukul 13.00 WIB dan selesai shalat ashar dan khasnya di sini masak buburnya pakai kayu bakar dan daging sapi bukan daging kambing," kata Yulianto kepada Kompas.com, Rabu (20/3/2024).

Sedangkan untuk pembagian bubur suro kepada warga dilakukan setelah para jemaah Masjid Astana Sunan Bonang selesai melaksanakan shalat ashar.

Sekitar satu jam menjelang proses pembagian, satu per satu warga mulai berdatangan sambil membawa tempat baskom atau piring, mengantre untuk mendapatkan bubur suro.

Bahkan, saat pembagian berlangsung, tampak juga warga saling berdesakan berebut antrean memperoleh pembagian bubur suro untuk berbuka puasa.

Tampak juru masak kewalahan menghadapi antrean warga yang menerobos batas dan mengerubuti kuwali tempat bubur suro.

Teriakan panitia yang meminta antrean warga agar tidak berdesakan seperti tidak dihiraukan, karena warga khawatir tidak kebagian bubur suro.

Seorang warga bernama Taris mengaku sudah 3 kali rela ikut berdesakan bersama warga yang lainnya berebut mendapatkan bubur suro atau bubur Sunan Bonang.

"Rasanya enak ada daging sapi, lezat dan adanya hanya saat Ramadhan aja, enak kalau buat buka puasa," kata Taris kepada Kompas.com.

Selain Taris, ada juga remaja perempuan bernama ambar yang baru pertama kali datang dari rumahnya sejauh 2 kilometer, karena rasa penasaran dengan rasanya bubur suro Sunan Bonang.

Ambar harus rela mengantre satu jam dan ikut berdesakan bersama orang dewasa lainnya untuk mendapatkan bubur suro yang konon ada sejak zaman Sunan Bonang.

"Ini pertama kali, sebelumnya dikasih tahu tetangga, tapi dapatnya cuma satu, minta dua enggak dikasih tadi," kata Ambar.


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau